Saturday, December 31, 2005

KebahagiaaN

Salah seorang teman bertanya kepada saya tentang kebahagiaan.
Bagaimana kita bisa mendapatkan kebahagiaan ya?!

Wah, gampang- gampang susah nih. Pertanyaannya sih gampang, tapi jawabannya itu lho!

Cuma satu jawaban saya saat itu, Dancing with Your Own Dance.
Mau dibilang penjiplak juga gpp, wong kenyataannya saya dapat istilah itu juga dari orang lain kok. Entah teman saya ini akan sempat baca tulisan ini atau tidak, karena saya ingin sedikit menguraikan istilah tersebut. Sori aja kalau jawaban awalnya sesimple itu.

Kebahagiaan!!! Perlukah dicari??!!
Pada tingkat kesadaran tertentu, saya pun dulu juga termasuk orang yang menyibukkan diri dengan mega proyek yang satu itu. Looking fo Happiness... Mencari Kebahagiaan. Tapi seandainya tidak segera keluar dari kolam tersebut, satu pertanyaan yang harus dijawab, Adakah Kehidupan Sebelum Kematian?

Saya rasa, bukan hanya saya saja yang telah diajarkan tentang konsep surga-neraka. Kebahagiaan abadi nanti akan dapat dinikmati di Surga, sebaliknya, penderitaan abadi di Neraka. Lalu, sebelum kita divonis masuk Surga atau Neraka, bagaimana??
Oh iya, ada pengajaran, berbuat baik sebanyak-banyaknya, beramal, banyak beribadah, dll, dst, dsb. Ngumpulin sangu untuk beli tiket Surga. Apakah untuk mencapai kebahagiaan, kita harus menunggu mati dulu?! Wah ini lagi, bikin saya jadi gedheg-gedheg. Bagaimana nasib seorang saleh selama 60 th, lalu diusia ke-61 dia khilaf melakukan kesalahan (yang kebanyakan orang disebut dosa). Atau bagaimana dengan seorang mantan garong, penjahat keji yang di saat sakaratul maut bertobat.
Dimana kriteria yang jelas, orang baik dan orang tidak baik yang pantas mendapatkan kebahagiaan abadi itu?!

Saya bukan ingin menentang ajaran yang sudah memasyarakat tersebut. Saya hanya mencoba menghargai anugerah Allah, berupa otak, untuk berpikir secara rasional saja. Saya hidup saat ini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini. Jadi jika ingin bahagia, ya harus kebahagiaan saat ini juga. Surga dan Neraka adalah hak prerogative Allah. Asal kita bisa mencapai kebahagiaan sesungguhnya di saat ini, konsep Surga dan Neraka tidak akan menghantui hidup kita. Wah muncul istilah baru, konsep itu menghantui kita??
Hehehe... saya rasa Tuhan tidak menciptakan Surga dan Neraka sebagai hantu untuk hidup manusia bukan.
Kalaupun masih ada yang bersikeras bahwa konsep Surga dan Neraka harus digunakan dalam mencapai kebahagiaan, ya monggo saja Om, Tante. Tadi kan juga sudah disebutkan, saya bukan ingin menentang konsep itu. Hanya mencoba untuk rasional saja.

Lalu, kalau konsep surga dan neraka dikesampingkan, untuk apa gunanya Agama? Ada yang berpikir demikian??!! Hehehehe…... Anda cukup kritis. Agama, ini lagi yang disinggung.

Ok, ok!!!
Mari kita coba aja perhatikan baik-baik. Bagaimana ajaran yang diberikan oleh agama. Kontribusi apa yang disumbangkan agama dalam kehidupan manusia. Sejauh yang saya tau, aturan yang diberlakukan adalah aturan untuk kehidupan saat ini. Karena, saya belum pernah mendengar, ada ajaran agama yang mengatur bagaimana sikap dan perilaku kita kelak kalau masuk Surga atau Neraka. Mungkin ada yang tau? Saya minta tolong untuk memberikan pengetahuan tersebut untuk saya. Selama belum ada yang memberi tau saya, saya asumsikan gagasan itu yang relevan.

Artinya apa?? Bukankah itu berarti, aturan dalam agama itu untuk saat ini. Untuk hidup kita saat ini, bukan untuk besoooooook… yang belum kita ketahui apa yang akan terjadi. Nah, bukankah berarti kebahagiaan itu untuk dicapai dan dinikmati saat ini juga.
Lalu bagaimana jika masih saja ada orang yang sulit mendapatkan kebahagiaan?!

Wah, jujur saja saya agak bingung. La bagi saya, kebahagiaan itu pada dasarnya sudah ada dalam diri kita. Nggak perlu repot-repot dicari. Jadi kalau ada yang bilang belum menemukan kebahagiaan, tidak ada jawaban yang lebih pas, selain dengan jawaban : Karena otak kita dipenuhi dengan ketidakbahagiaan. Kebahagiaan itu sudah ada dalam diri setiap orang, tapi lapisan ketidakbahagiaan itu lebih tebal. Yang terjadi, jelas, kebahagiaan akan tertutup. Beberapa orang menyebut, Kebahagiaannya belum tercapai.
Bagaimana cara memunculkan kebahagiaan tersebut?? Oh maaf, saya tidak tau. Saya cuma bisa memberi saran, singkirkan saja lapisan ketidakbahagiaan.
Akhir kata, sebagai tulisan penutup di tahun 2005, saya ucapkan
Selamat Tahun Baru 2006
Semoga tahun depan menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan semoga kita semakin dimampukan untuk membuka tabir ketidakbahagiaan dalam hidup, sehingga kebahagiaan akan dirasa oleh setiap hati. Amin

Tuesday, December 20, 2005

CintA

Eh Non, td kamu dengerin EMC ga? Ku kirim lagu utkmu lo. With Love :)

SmS itu saya terima tadi malam hampir jam 11 malam. Dari salah satu teman senior Teater KBTK. Saya tersenyum membaca dua kata terakhirnya, With Love. Love... kalau saya tidak salah, terjemahannya Cinta bukan.

Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke Showroom Kanisius di Deresan. Di salah satu sudut rak2 buku, saya tertarik dengan sebuah buku bercover biru, bergambar semacam lingkaran kosmik bertuliskan Let a MysterY be a MysterY. Dan saya menjadi semakin tertarik lagi karena di sampul belakang terpampang foto dan indentitas penulisnya, yang tidak lain adalah salah satu teman saya juga : LaurenHS.

Kedua cerita itu hanya prolog saja. Intinya, akhirnya saya putuskan untuk membeli buku tersebut, dan tulisan ini terinspirasi dari kedua kejadian tersebut.

Pada bab 10, saya baca judulnya Cinta oh Cinta. Aha... cukup menggelitik diantara judul2 yang lain. CINTA, topik yang tidak pernah habis dibicarakan orang. Selalu menjadi sajian hangat dari waktu ke waktu. Yah, paling tidak sejauh pengamatan pribadi saya sendiri sih. Entahlah bagi Anda, bisa saja menjadi topik yang menjemukan, terutama bagi yang pernah memiliki pengalaman pahit seputar topik tersebut.

Tapi, saya kok tetap punya keyakinan, meskipun seseorang memiliki pengalaman terburuk sekalipun tentang topik yang satu ini, tetap saja topik itu menarik. Yup, kembali lagi, apapun jenis pengalaman maupun pengamatan orang dengan topik CINTA, tidak jadi soal buat saya.

Menurut Mas LaurenHS ini, tentu saja saya peroleh dari buku yang ditulisnya (maaf lho kalau saya plagiat). CINTA terdiri dari 3 tingkatan. Tingkat pertama adalah EROS.

EROS merupakan cinta tingkat terendah karena cinta ini lebih didasarkan alasan jasmaniah, ketertarikan antar lawan jenis (mungkin untuk beberapa orang ada yang mengalami EROS dengan sesama jenis, jangan diartikan saya mendukung loh ya). Bahkan hubungan suami – istri pun masih termasuk dalam kategori cinta ini. Cinta ini belum bisa dikategorikan sebagai cinta sejati. Meskipun nantinya bisa menjadi awal tumbuhnya cinta pada tingkat yang lebih tinggi. Cinta ini bersifat manusiawi.

Tingkat yang lebih tinggi adalah FILIA. Cinta ini setingkat lebih tinggi dari EROS karena tidak lagi didasarkan ketertarikan jasmaniah saja, tapi sudah ke arah jiwa/ rohani. Salah satu contoh cinta jenis ini adalah cinta yang tumbuh antara orang tua dengan anaknya, kakak dengan adiknya, dan begitu juga sebaliknya.

Tingkat ketiga dan sekaligus jenis tertinggi adalah AGAPE. Jenis ini adalah tingkat tertinggi karena bukan unsur manusiawi dan rohani yang melandasinya, melainkan sudah masuk dalam unsur ilahi.

AGAPE adalah CINTA SEJATI.
Sungguh-sungguh memberi tanpa mengharap dikembalikan, tulus tanpa minta balasan, dan lepas bebas. Seperti bunga mawar yang memberikan keharumannya tanpa memilih orang baik atau orang jahat yang akan menghirupnya. Seperti rimbunnya dedaunan pohon beringin yang tidak memilih si kaya ataupun si miskin yang ingin berteduh di bawah naungannya. Seperti matahari yang tidak peduli si tampan atau si buruk rupa yang disinarinya. Seperti kasih Allah pada segala ciptaanNya.

Saya mencoba bercermin dari falsafah A. De Mello, mistikus & rohaniawan dari India, sekaligus seorang Jesuit. Ada 4 ciri khas cinta sejati.

Cinta itu Tidak Membedakan. Tidak mengenal pembagian kasta. Tidak kenal juga pemisahan bibit-bobot-bebet. Seperti bunga mawar, pohon beringin, matahari, dan tentu saja Allah. Hal ini juga yang akhirnya, membuat saya bisa memahami akan dorongan : Hendaklah kamu menjadi sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.

Ciri kedua, Cinta itu Tanpa Pamrih. Bagaimana pendapat Anda jika mengetahui seseorang menikah karena mengharapkan kemapanan yang dapat diberikan pasangan yang dipilihnya. Apakah itu cinta??!! Saya tidak perlu menjawabnya : ) tapi apakah kita bisa merasa lebih baik dari orang itu, jika memilih teman yang menguntungkan kita saja? Menjauhi yang tidak memberikan keuntungan bagi kita. Sekali lagi, saya tidak mau menjawabnya. Bukankah seharusnya kita malu terhadap mawar dan pohon beringin, mereka bisa menunjukkan cinta sejati. Sedangkan kita, manusia, yang konon katanya makhluk mulia, punya anugerah besar berupa akal dan perasaan, tetapi... ah, sungguh saya sendiri merasa malu. Bisakah mewujudkan Cinta yang Tanpa Pamrih itu.

Ciri ketiga, Cinta Penuh dengan Ketidaksadaran Diri. Cinta begitu merasa bahagia dengan Mencintai tanpa peduli dengan dirinya sendiri. Di saat seorang pahlawan sadar bahwa dia adalah pahlawan, maka dia tidak lagi menjadi pahlawan. Pahlawan yang sejati tidak pernah sadar bahwa yang dia lakukan menunjukkan sifat kepahlawanan. Bunga mawar tetap memberikan keharumannya tanpa sadar dan peduli adakah yang akan menghirupnya atau tidak, bermanfaat atau tidak, dia tetap memancarkan keharumannya. Apa yang diperbuat oleh tangan kanan, jangan sampai diketahui oleh tangan kiri.

Ciri keempat, Cinta itu Bebas. Disaat tuntutan, paksaan, ketakutan, dan kendali muncul, maka cinta akan terkikis. Cinta tidak akan bisa dituntut, dipaksa, ataupun dikendalikan. Jadi maaf saja kalau saya tidak dapat percaya, jika ada yang mengatakan "Aku mencintai dia karena keluargaku, aku hanya ingin membahagiakan mereka." Oh maaf, itu bukan cinta Mas, Mbak.
Pohon beringin tidak akan menarik kita untuk berteduh di bawah naungan rimbun dedaunannya. Bunga mawar juga tidak akan memaksa kita untuk menghirup keharumannya.

Saat kita tidak bisa lepas bebas, dan ketika kendali pihak lain menguasai kita, hanya karena kita takut kehilangan atau tidak diakui, maka kita merusak kemampuan kodrati kita untuk mencinta. Di saat kendali dan paksaan itu hilang, maka kebebasan yang muncul. Kebebasan... bebas... dan lepas... CINTA akan dapat ditemukan.

Mari kita merenung, sudah sejauh manakah tahap CINTA kita. Jangan dipikir saya sudah sempurna mencapainya, saya pun juga sedang mengusahakannya. Dan semua yang saya tuliskan ini sebatas gagasan saja, tidak menjamin itu sebuah kebenaran atau kesalahan. Karena hanya ada SATU KEBENARAN, dan sebagian besar dari kita mengetahui SATU KEBENARAN itu (bahkan untuk penganut Atheis pun juga tau, hanya saja mereka tidak mengakuinya). Tetapi jika gagasan tersebut dapat membantu untuk menjadi lebih baik, tidak ada salahnya untuk digunakan bukan.

Kau mainkan untukku, sebuah lagu tentang negri di awan. Di mana kedamaian menjadi istananya, dan kini telah kau bawa aku menuju ke sana.

Thursday, December 08, 2005

Realitas & Rendah Hati

Dia mau menungguku sampai th depan, ku gak tau knp dia kyk gitu pdhl ku gak cantik, gak kaya, item, cerewet lagi. Doain aku ya Wiek, smg kptsnku gak salah.
Bip... bip... bip...
Lah, justru itulah kelebihanmu. Sadar klo gak punya kelebihan : ) Apapun kptsnmu, kmu akan ttp jd temanku. I’ll pray 4u my frenz
Bip... bip... bip...
I also pray 4u. Hope u’ll reach what u want in ur life. Ketika kita brjln dengan realitas & rendah hati, mk terpancarlah aura kemuliaanNya. Dan berkat2 akan datang menghampirnya. Have a nice dream!

Sepenggal percakapan saya dengan salah satu teman SMU lewat SmS semalam. Saya terkesan dengan epilognya, cukup indah menurut saya, ketika kita berjalan dengan realitas & rendah hati, maka terpancarlah aura kemuliaanNya, dan berkat2 akan datang menghampirnya. Menghadapi realitas & rendah hati!!! Kolaborasi sikap yang dapat mengantar kita untuk menyaksikan kemuliaan Allah.

Menghadapi realitas, menyadari realitas yang ditemui apapun dan bagaimanapun itu. Dan dengan rendah hati mengesampingkan ego, yang hanya menawarkan kepuasan duniawi, yang ternyata hanyalah seputar gagasan yang muncul dari diri kita sendiri. Sulitkah?! Ya mana saya tau. Tetapi kalaupun ada yang mengatakan sulit, sayangnya itu pun ya hanya menunjukkan ketidakmampuannya sendiri saja.

Coba saja kita perhatikan, jika ada seseorang mengatakan bahwa sulit menyelesaikan skripsi. Bukan berarti bahwa menyelesaikan skripsi itu sulit. Pernyataan itu hanya menunjukkan bahwa orang tersebut sulit menyelesaikan skripsinya. Skripsinya!!! Nya!! Dia berkutik dalam pikirannya sendiri, dan sama sekali tidak menunjukkan realitas apapun, kecuali ketidakmampuannya sendiri.

Bicara tentang menghadapi realitas, saya terkesan setiap kali menyaksikan anak kucing yang belakangan ini tinggal bersama keluarga saya. Aktivitasnya relative konstan, dia makan sampai kenyang, lalu bermain-main (loncat2 - nubruk sana sini – gigit apapun yang didekatnya, sering kali kucing yang lain ikut berdatangan dan ikut bermain-main), lalu tidur. Nanti saat bangun dia cari makan lagi sampai kenyang, main2 lagi, dan tidur, begitu seterusnya. Tidak pernah kelihatan murung, melamun, dan selalu tampak ceria. Dan satu lagi, binatang2 itu tidak ada satu pun yang mengalami kelebihan berat badan. Tubuh mereka tumbuh dengan porposional, sesuai mekanisme alam.

Begitu juga ketika saya melihat sekuntum mawar yang mekar di kost teman saya. Bunga mawar itu mekar dengan indahnya, tanpa luapan emosi ataupun keinginan menjadi yang lain. Tumbuh dan berkembang sesuai mekanisme alam. Tidak berusaha melakukan perawatan tubuh, facial, body language, operasi plastik, atau usaha2 yang lain. Mereka mendengarkan bahasa tubuh dan dengan rendah hati menerima mekanisme metabolisme yang harus dilaluinya. Dan lihat hasilnya, saya tidak akan berbohong.
Mawar itu tetap cantik!!!

Mendengarkan bahasa tubuh. Tubuh kita adalah realitas yang nyata. Bekal yang sejak kita dilahirkan, telah diberikan oleh Sang Pencipta, selain roh tentunya.
Mendengarkan tubuh, lalu berkomunikasi dengan tubuh kita masing-masing. Berkomunikasi dengan tubuh kita, selaras berkomunikasi dengan alam. Setali tiga uang dengan berkomunikasi dengan Tuhan. Karena Tuhan ada di alam ini, ada di sekitar kita, di tubuh kita, di tubuh sesama kita. Jadi apakah sesama kita adalah Tuhan??!! Bisa ya, dan bisa tidak, tergantung sejauh mana pemahaman kita terhadap istilah Tuhan mencurahkan diriNya.
Lalu pertanyaan selanjutnya yang muncul, seperti apakah bahasa tubuh. Sekali lagi saya tidak mampu menunjukkan dengan lebih tepat selain memberikan contoh yang bukan bahasa tubuh. Kita bersolek supaya terlihat menarik, apakah tubuh meminta untuk dihias?? Tentu saja tidak. Itu hanya bahasa hasrat manusia untuk terlihat baik.
Mendengarkan tubuh, menghadapi realitas, dan bersikah rendah hati, lalu akan tampak aura kemuliaanNya dan berkat2 akan datang menghampirinya. Semoga!

Inilah yang kupunya, hati sebagai hamba.
Yang kan taat dan setia padaMu Bapa.
Kemana pun kubawa, hati yang mendamba,
dalam roda kehidupan untuk slamanya.

Tuesday, November 15, 2005

LombA

Ada sebuah contoh cerita yang saya sukai. Hidup ini bagaikan ikut lomba balap sepeda, dimana Allah adalah jurinya. Cuma satu peraturannya, siapa yang jadi pemenang akan masuk ke rumah-Nya (Surga, Kerajaan Allah, Indraloka, Nirwana, Firdaus, atau entah apalagi kosakata yang dipakai manusia untuk menyebut rumah Allah).
Karena Allah yang menyelenggarakan lomba itu, tentu saja pesertanya banyak sekali. Siapa sih yang tidak ingin bisa masuk ke rumah-Nya?! Semua orang berlomba, berusaha sekuat tenaga dengan segala daya yang dimilikinya. Semua berharap jadi pemenang.
Nah, itu dia. PE-ME-NANG! Sayangnya, tidak ada yang tau bagaimana kriteria sebagai pemenang. Yang sampai terlebih dahulu, atau yang penting bisa tiba sampai garis finish, atau yang lainnya. Tidak ada yang tau jelas kriterianya, karena Allah sendiri jurinya. Allah hanya menyampaikan : pemenangnya akan diijinkan masuk ke rumah-Nya. Dan di Kitab Suci sama, hanya sedikit saja yang bisa masuk ke sana.
Seandainya ada yang mengatakan Punya saya jelas lho, aturan dalam Kitab Suci saya yang paling benar, saya memahaminya. Tapi saya juga bisa melakukan debat kusir dengannya, semua orang beragama pasti akan mengklaim bahwa Kitab Suci-nya yang paling benar. Dan saya berani mengatakan bahwa hanya ada satu aturan yang benar, dan jelas-jelas hanya Allah sendiri yang tau aturan yang benar tersebut.
Dari cerita itu (lomba balap sepeda), saya coba hubungkan dengan cerita bersama penasehat spiritual saya (hehehe, sepertinya sekarang sedang trend, orang butuh penasehat spiritual). Tapi, jangan dikira penasehat spiritual saya ini, orangnya menyenangkan. Malah sebenarnya dia itu menyebalkan lho.
Suatu kali saya pernah bertanya, saat sedang mengalami sebuah krisis dalam pergulatan hidup. “Mo, kalau kita sedang ikut lomba lari (wah, sepertinya sekarang saya sedang suka dengan contoh lomba nih), lalu setelah beberapa langkah, saya sadar kalau ternyata saya salah jalur. Lalu apa yang sebaiknya saya lakukan?”
Hehehe, memang pertanyaan yang konyol. Dan sebenarnya saya sangat mengharapkan jawaban : Ya dibenerin, pindah jalur dong!
Tapi, seperti saya katakan sebelumnya bahwa penasehat spiritual saya ini menyebalkan. Justru jawabannya bikin saya tambah jengkel. Jawabannya : “Ya larinya dibenerin.” Saya tidak habis pikir (awalnya) dengan jawaban itu. Salah jalur kok malah saya harus benerin lari saya sih.
Setelah berpikir, berpikir, dan berpikir terus, sedikit demi sedikit saya pun bisa memahami kata-kata itu. Jadi ingat dengan kata-kata Gus Dus, kalau ada sebuah tembok penuh dengan coret-coretan, ya tidak perlu temboknya dihancurin dong. Akan menghabiskan tenaga dan dana besar untuk membangunnya kembali.
Kedua contoh kisah perlombaan itu menyentuh saya. Mirip seperti hidup ini. Kondisi (keluarga, adat-istiadat, negara, agama, pergaulan, lingkungan sekitar, pendidikan, dll) sejak awal sudah menempatkan kita pada sebuah jalur, yang belum kita sadari benar atau salah. Kondisi itu telah menciptakan kita sampai seperti ini. Jika tau tentang teorema AKU vs aku, kondisi itu telah menciptakan aku-aku.
Suatu ketika di saat kita sadar (kalau jalur itu salah), tentu akan sulit sekali memutar waktu ke belakang, bahkan mustahil, atau merombak kondisi-kondisi yang telah membentuk kita tersebut. Yang bisa dilakukan kan hanya menyingkirkan yang salah (aku yang tidak sesuai). Dan memang benar, bukan jalurnya yang harus dirubah, tapi cara larinya yang harus dibenerin. Harus benar!!! Itu yang lebih penting. Urusan menang atau kalah, serahkan saja pada jurinya. Mau masuk surga atau tidak, biarkan jurinya yang menentukan. Toh, kita tidak tau kriterianya. Itu bagian dari misteri agung hidup ini, serahkan saja pada-NYA.

Friday, November 04, 2005

Lain Ladang Lain Belalang

Saya mendapatkan sebuah SmS dari salah satu teman KKN. Dia belum jadi berangkat tugas kerja ke Bali karena tragedy Bom Bali II telah membuat takut para buyer yang berasal dari LN. Pasar sedang sepi, katanya. Tapi saat ini saya sedang tidak ingin membahas soal tragedy Bom Bali yang sudah masuk sequel kedua tersebut.

Bicara soal KKN, saya teringat pada sebuah peristiwa yang saya alami sewaktu KKN (tahun 2000) di sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah, di lereng gunung Merapi dan Merbabu. Pada suatu malam, kami, terdiri dari dua sub unit kelompok (13 orang), mendapat undangan untuk menghadiri sebuah pertemuan tingkat dusun. Memang jumlah kami termasuk angka yang cukup besar untuk sebuah kelompok KKN yang biasanya hanya terdiri dari 5-7 orang saja. Dan malam itu tidak semua menghadiri undangan pertemuan, saya tidak termasuk yang tidak datang.

Di desa, lokasi KKN, ada sebuah tradisi dimana saat ada orang yang datang, orang yang tiba lebih dulu akan mengatakan SUGENG. Lalu si orang kedua, atau yang datang belakangan, akan menjawab PANGESTUNIPUN. Kurang lebih artinya, Apa kabar? Dan jawabannya : Alhamdulilah baik.

Salah satu teman saya yang bernama SAUT, dari namanya pasti tau dia orang mana bukan, belum paham dengan tradisi tersebut. Sewaktu kami tiba di rumah, tempat pertemuan diadakan, seperti tradisi sebelumnya, warga dusun menyambut dengan kata SUGENG sambil bersalaman satu-persatu dengan kami. Saat itu Saut berada pada urutan pertama pada rombongan kami. Saat warga pertama menyambut dengan uluran tangan dan kami disapa SUGENG, dia (Saut) pun membalas uluran tangan dan menjawab dengan jawaban SAUT!
SUGENG! SAUT!
SUGENG! SAUT!

Begitu seterusnya. Sampai akhirnya rangkaian salam-salaman selesai, dan dia masih belum ngeh juga, padahal di belakangnya, kami sudah menahan tawa, geli. Bahkan sampai acara dimulai pun, dia tetap belum sadar. Sampai akhirnya di tengah acara dia bertanya pada saya, saya duduk di sebelahnya.

Wiek, penduduk sini kok namanya SUGENG semua ya?

Saat itu kami tak sanggup lagi menahan tawa yang dibendung sejak tadi. Dan kami pun tertawa (nyaris bisa dibilang tawa lepas). Warga yang hadir menoleh ke arah kami.
Yah, mungkin ada yang berpikir bahwa kami tidak punya unggah-ungguh, ketawa di tengah-tengah pertemuan resmi (meski di tingkat dusun) seperti malam itu, dan jelas kenyataannya malam itu kami memang kelepasan mengontrol unggah-ungguh.

Tapi tunggu dulu, sekali lagi saya ungkapkan bahwa bukan itu yang ingin saya tekankan di sini. Saya hanya ingin sekedar menunjukkan bahwa di setiap tempat memiliki makna tradisi yang berlainan satu sama lain, meskipun ada beberapa tradisi yang sama. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Ah, rasanya bukan hal yang baru bukan?! Sejak kecil , dari bangku SD, kita pun sudah dikenalkan dengan peribahasa itu pada pelajaran bahasa Indonesia.

Tradisi di lokasi KKN adalah salaman dengan mengucap SUGENG dan dijawab PANGESTUNIPUN. Lain lagi dengan tradisi dari tempat asal teman saya. Mungkin di tempatnya, orang salaman dapat diartikan saling bertukar nama. Tradisi saya, Anda, atau siapa lagi mungkin akan lain lagi. Ada sepuluh orang berkumpul bisa jadi ada 10 keunikan tradisi untuk satu jenis kegiatan, salaman misalnya. Tapi apakah itu menjadi masalah?!

Oh, tidak!
Tentu sebagian besar akan menjawab seperti itu.
Dengan catatan, ahaa, dunia ini sangat penuh dengan catatan. Lahir dicatat, sekolah dicatat, pindah rumah dicatat, menikah dicatat, bahkan sampai mau masuk liang kubur pun juga dicatat. Sepertinya kegiatan akbar manusia adalah mencatat, baik mencatat dalam arti harafiah maupun mencatat dalam pikiran masing-masing.

Kembali lagi, semuanya tadi tidaklah menjadi masalah, dengan catatan : semua pihak bersikap saling terbuka dan menerima keunikan dari masing-masing person. Keunikan!!! Menarik bukan?! Perhatian, perhatian!!! saya tidak menyebutnya perbedaan loh, saya lebih suka menyebutnya keunikan. Yah, keunikan. Seperti hakikatnya manusia tercipta dengan keunikannya masing-masing. Penilaian, konsep, dan gagasan kita saja yang membuatnya menjadi berbeda. Perbedaan. Kata yang seharusnya menjadi nilai tambah sebuah keindahan, keharmonisan, justru belakangan ini sering kali menjadi senjata pamungkas guna memproduksi sebuah konflik (besar).

Kejadian suatu malam di lokasi KKN, lucu memang. Tapi coba lihat, apakah keunikan tradisi, yg belum dipahami teman saya, itu adalah sumber petaka?! Jelas tidak. Keunikan itu justru menjadi sebuah sarana menambah keakraban antar peserta KKN. Bahkan hingga saat ini pun kami masih mengingatnya dan justru karena kejadian itu kami menjadi lebih bisa merasakan kebersamaan saat itu.

Seandainya ada yang mengatakan bahwa ilustrasi sebuah kisah di masa KKN saya adalah kisah yang ringan, oh, sungguh, saya menerima dan memahami pemikiran itu. Tapi saya juga ingin menegaskan, jika dari kisah ringan saja kita sulit untuk menelaah, lalu bagaimana bisa beralih ke kasus yang lebih komplek.
Ok, kita coba pada kasus yang lebih luas (besar). Contoh keunikan apa yang ingin digunakan?!

AGAMA????

Ahaaaaa… apakah itu yang terpikirkan?! Yoa, memang topik satu ini amat sangat riskan dalam kehidupan pluralisme di masyarakat kita.
Jujur saja, sering kali muncul di benak saya, saya tidak habis pikir dengan orang-orang yang begitu bersemangatnya mencari kebenaran demi kebenaran pada topik itu. Saya berpikir, apa yang sebenarnya mereka cari ya? Kebenaran TUHAN, atau kebenaran agama? Atau malahan sebenarnya mereka malah sedang mencari TUHAN ya?! Oh, sayang sungguh disayang jika itu yang dicari.
Mencari TUHAN??!! Aduh Mas, Mbak, Om, Tante. Untuk apa to kita bersusah-susah dan repot-repot mencari-NYA. Wong DIA ini sudah ada sepanjang sejarah manusia sejak jaman eyang Adam dan Hawa, kini, dan selamanya. Dari ALFA sampai OMEGA. Dan DIA sudah mencurahkan diri-NYA di alam semesta ini.

Malahan sebenarnya kalau saya bilang, kita tidak perlu mencari TUHAN karena DIA-lah yang selalu mencari kita. Nah, mungkin bagi sebagian orang, pernyataan saya ini terbalik. Tapi apapun pendapat dan pengajaran yang ada dan beraneka ragam itu, saya katakan, itu bukan urusan saya. Itu hanya sebuah pemikiran manusia, yang hakekatnya memiliki keterbatasan dalam tingkat kebenarannya. Dosen saya pernah bilang, dan saya setuju dengan pendapatnya, Zero Defect tidak mungkin dicapai.

Lah, masalahnya, kita mau atau tidak untuk ditemukan-NYA?! Kalau DIA hadir bagaimana kita menyikapinya. Kita milih menyambut-NYA atau malah milih ngumpet dan kabur dari-NYA?! Jawabannya ya jelas, tinggal mengakui saja jawaban yang keluar dari hati nurani kita masing-masing.

Masalah barunya, bisakah kita sungguh-sungguh menemukan jawaban dari hati nurani, yang dalam banyak kasus ternyata masih banyak yang belum bisa membedakan suara hati nurani dengan suara hati yang tercipta karena kondisi yang melingkupi kita. Tidak perlu diperpanjang urusan hati nurani ini karena bisa menjadi topik baru.

Lalu, bagaimana kita tau bahwa DIA hadir??!!
Ho-ho-ho… maaf saya bukan pakar yang kompeten untuk menjawab pertanyaan itu. Saya cuma bisa memberitahu, bahwa saya mencari TUHAN bukan melalui teori atau ilmu-ilmu ketuhanan. Oh ralat, saya tidak perlu mencari TUHAN bukan. Saya hanya perlu menyadari kehadiran-NYA dan membiarkan diri saya untuk ditemukan-NYA. Jika Anda bertanya, bagaimana caranya??? Sekali lagi, saya jawab bahwa saya tidak tau!!! Dan jujur saja, saya mengalami kesulitan untuk menjelaskan disini. Saya hanya bisa merasakan melalui pengalaman yang saya alami, begitu pula dengan Anda semua. Rasakan melalui setiap kejadian dalam hidup ini dan rasakan kehadiran-NYA. Biarkan DIA menemukan kita dan biarkan DIA bersatu dengan kita.

Lalu bagaimana dengan AGAMA?? Oh iya, tadi kita bicara tentang agama. Hmmm, apa ada yang salah dengan agama? Apa ada yang aneh dengan agama? Tidak bagi saya, entahlah kalau bagi Anda. Saya hanya berpikir (gagasan saya tentunya, dan wajar jika ada yang tidak sependapat dengan gagasan saya ini) bahwa itu hanya sebuah realitas dalam hidup. Realitas bahwa memang berbagai agama telah berkembang, dan banyak keunikan ritual yang turut mewarnai penyebarannya. Sekali lagi, itu realitas. Kita hanya perlu menyadari realitas itu saja, lalu kemudian kita hanya perlu menjalani sesuai pewahyuan yang kita yakini.

TUHAN telah mewahyukan diri melalui berbagai cara untuk umat manusia. Ikuti, taati, dan imani pewahyuan yang Anda terima dan Anda yakini. Jika pewahyuan Anda melalui peristiwa alam, imani itu. Jika pewahyuan yang Anda terima melalui sosok, imani itu. Jika pewahyuan yang Anda terima melalui kata-kata suci, imani pula itu. Imani pewahyuan yang kita terima masing-masing dan sadari realitas bahwa DIA telah mewahyukan diri melalui berbagai cara, niscaya berbagai keunikan tidak akan menjadi masalah. Dan tidak perlu bingung ataupun bersikap emosi kalau ada pernyataan Tuhanmu beda dengan Tuhanku, patung kok disembah, makan gituan aja haram, Tuhan kok dilahirkan, berdoa kok begini-begitu, dll, dst, dsb… Mas, Mbak, Oom, Tante, itu semua cuma kulitnya. Dan bukan hal mengherankan jika kulit itu
bisa macam-macam.

Betapa indahnya sebuah perbedaan itu, ups, maaf, saya sudah mengatakan di awal bahwa saya lebih suka memakai istilah keunikan dari pada perbedaan. Yah, betapa indahnya sebuah keunikan itu.

Ada yang tidak sependapat???!! Ah, sungguh saya menerima dan memahaminya kok.

Monday, October 10, 2005

KEKOMPAKAN

Seorang pembeli di warung ibuku, sebenarnya ada dua pembeli, memesan makan dan minuman. Setelah selesai melayanai pesanan makanan, lalu dilanjutkan pesan minum.
Mbak, satu es jeruk dan satu es teh!
Jeruknya nggak ada, Mas.
Oh, kalau gitu satu es teh dan satu es teh!
Aku pun tersenyum padanya. Maksudnya dua es teh, Mas?
Nggak Mbak, satu es teh dan, iya, dua es teh.

Dia pun lalu tertawa dan kembali ke kursi, temannya sudah duduk dari tadi. Kudengar temannya minta teh anget saja. Dia berjalan ke arahku untuk mengganti pesanannya.
Mbak, satu es teh dan satu es teh anget saja ya.
Kembali lagi kutersenyum. Maksudnya satu es teh dan satu teh anget?
Kunaon atuh, kenapa saya salah terus dari tadi. Iya Mbak, begitu.
Dia pun melenggang kembali ke arah temannya duduk, mereka berdua tertawa.

Terkadang hal semacam itu terjadi pada diri kita juga. Hati ingin ini, sedangkan bibir mengucapkan itu. Hati tidak ingin melakukannya, tapi perbuatan justru mengabulkannya. Kenapa itu bisa terjadi?! Luar dan dalam tidak bisa kompak! Tapi bukan munafik loh ya. Karena bagi saya, munafik itu harus dilihat sampai buah yang dihasilkan, bukan sekedar kata yang terucap, perbuatan yang dilakukan, dan pikiran yang melandasinya saja. Namun lebih kepada buah, hasil dari semua itu.

Kembali lagi soal kekompakan. Saya pernah membaca sebuah artikel, lupa baca dari koran atau tabloid apa, tentang mengapa orang bisa mabuk perjalanan. Tubuh manusia bergerak atas perintah otak, yang menerima sesor, yang kemudian mengirimkan sensor ke saraf-saraf tubuh yang terhubung dengan bagian tubuh yang akan bergerak. Misalnya, tangan bergerak menjauh dari batang mawar ketika jari bersentuhan dengan durinya yang tajam. Kulit dari jari tangan akan mengirimkan sensor ke otak sebagai tanda interaksi dengan benda asing yang tidak diterimanya. Otak pun, mengolah data tersebut dan mengirimkannya ke saraf tangan, sehingga tangan akan bergerak menjauhi benda asing tersebut, batang mawar berduri. Tentu saja proses terima dan kirim pesan tersebut berlangsung dengan cepat, kita belum sadar pun, saraf-saraf sudah tersadar terlebih dulu.

Mabuk perjalanan, sebenarnya adalah sebuah aksi, ketidakkompakan saraf dan otak dalam mengirim dan menangkap sensor data. Dalam perjalanan: baik dengan mobil, bus kota, kereta api, kapal laut, maupun kapal udara, sadar atau tidak sadar, beberapa bagian tubuh berfungsi dengan sangat optimal. Mata melihat, misalnya pemandangan atau kendaraan lain, dan telinga mendengar, suara deru mesin. Dalam waktu bersamaan, mata dan telinga mengirimkan sensor-sensor ke otak sebagai hasil pelaporan hasil yang mereka peroleh. Namun ternyata hasil laporan itu saling bertumpukan dan, bagi sebagian orang, membuat otak kebingungan. Seperti di awal tadi, setiap sensor yang dikirim ke otak, tentu akan dibalas dengan sensor balik ke anggota tubuh.

Karena ada kerancuan data, maka sensor balik yang dikirim otak pun tidak sampai ke bagian tubuh yang dimaksud dan kemudian mengarah ke bagian tubuh yang lain, seperti perut, dalam bentuk rasa mual mulas dan salah satu aksinya adalah mabuk perjalanan. Oleh karena itu, disarankan untuk yang mudah terkena mabuk perjalanan, usahakan seminimal mungkin melakukan kegiatan yang berat untuk otak, misalnya membaca atau menulis. Banyaknya kegiatan yang dilakukan tubuh akan mengakibatkan banyak sensor yang dikirim ke otak, bahkan bisa overload, yang dapat mengakibatkan kerancuan data dan terjadilah mabuk perjalanan. Selain itu, tentunya kondisi kesehatan fisik tubuh tetap harus menjadi perhatian utama saat melakukan perjalanan.

Nah, itu baru tubuh. Bagian dari diri kita yang paling dekat dan melekat, selain roh tentunya. Ketidakkompakan antar bagian tubuh saja bisa berakibat fatal, apalagi yang eksternal. Ketidakkompakan diri kita dengan orang lain. Wah, bisa lebih fatal lagi bukan. Semoga kita semua dapat saling menjaga kekompakan dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, pacar, atau orang lain, bahkan luar biasa lagi kalau kita pun bisa kompak dengan orang yang bertentangan dengan kita. Apa itu mustahil? Mana saya tau!

Saturday, October 08, 2005

AKU Vs Aku

Tidak ada satu orang pun yang mempunyai kekuatan untuk dapat menyakiti kamu.

Ugh... bullshit banget deh. Malahan yang pernah kudengar tuh Homo Homini Lupus alias Manusia itu bisa menjadi serigala bagi manusia lainnya. Yang artinya jelas kontroversial dengan pernyataan di atas.

By the way... sejak aku dekat dengan DIA lagi, telah terjadi beberapa perubahan yang kualami. Yah, mungkin orang lain belum bisa melihat dengan kasat mata sih, karena perubahan itu masih bersifat internal.
DIA sering datang menemaniku dan kadang-kadang mengajakku untuk datang ke rumahnya. Uhux... di sana aku diterima dengan begitu baik dan ramah loh. Dan DIA ini juga telah membuka mata dan hatiku untuk mengenal lebih banyak hal-hal baru yang bisa menjawab beraneka ragam pertanyaan yang sering muncul di kepalaku. Juga mengobati berbagai luka dan kesedihan yang kurasakan. Aku belajar untuk menemukan kebenaran.

Aku jadi mengenal pula teman-temannya yang memiliki pemikiran-pemikiran yang menarik. Salah satu pemikirannya adalah Tidak ada satu orang pun yang mempunyai kekuatan untuk dapat menyakiti kamu, kecuali kamu sendiri yang mengijinkannya.
Aku dikenalkan dengan sebuah teori AKU versus aku.

Ahaa... Its`me... [it`s_me]... Itz`me... AKU... aku.
Entah kenapa dari dulu aku sangat tertarik bahkan bisa dikatakan terobsesi dengan kata itu. Dan sering kali kata itu kugunakan sebagai trade mark (bukan berarti saya ini barang jualan loh ya) dari pada namaku sendiri.

Tapi saat ditanya siapa/apa AKU, langsung kuharus berputar otak untuk menjawabnya. AKU!!! Siapa sih yang tidak kenal dengan AKUnya sendiri-sendiri?! Mudah bukan?! Tapi kenyataannya sulit juga menjawabnya, yang mana AKU itu? Duh, pertanyaan yang begitu mudah. Tapi, apa jawabannya.

AKU Vs aku. Apa bedanya??
Untuk membedakannya, saya pakai huruf kapital (AKU) dan yang bukan kapital (aku).

Kalau kujawab, ya ini yang kamu lihat. Yang ada kepalanya, tangannya, kakinya, dll. Lah, bukannya itu hanya susunan daging dan tulang yang sering disebut sebagai tubuh.
Lalu kalau kujawab jiwa, nyawa, roh, dkk. Loh... loh... loh... tunggu dulu.
Bukannya masih bisa dikatakan jiwaKU, nyawaKU, ataupun rohKU.
KU... berarti belum menjelaskan siapa AKU. Bukannya itu menunjukkan bahwa si AKU ini pemilik dari jiwa, roh, nyawa, dll.
Lalu siapa AKU??!!
Idihh... sebel kan kalau dibantahnya kayak gitu.
Tapi itulah yang sempat kualami. Sebel aja kalau semua jawaban yg kurasa benar malah justru disalahkan. Hmmm, tapi bener juga sih. Tidak bisa kujawab pertanyaan itu dengan sempurna. Tidak bisa kutunjukkan siapa AKU.

Namun sekarang bisa kupahami setelah mengalami sedikit pergolakan batin dengan temannya itu.
AKU bisa dikatakan sebagai inti dari kita yaitu bagian dari kita sebagai subjek, sedangkan aku semacam kulit luarnya dan lebih sering menjadi objek.
Nah... bingung kan? Hehehe... tidak heran karena saya sendiri juga bingung di awalnya. Memang sulit mendefinisikan AKU, akan lebih mudah mendifinisikan aku.

AKU. Yah, AKU lebih luas dan lebih besar dari sekedar tubuh, jiwa, roh, hasrat, emosi. AKU bukan badan dan juga bukan roh, malahan AKU inilah yang menyatukan badan dan rohku. Seperti kata temannya ini, AKU adalah aku yang sejati, yang menjadi subjek, yang mengatasi tubuhku, jiwaku, tanganku, kepalaku, prestasiku...

Lalu bagaimana dengan yg kedua, aku. Aku?!
Siapakan aku?! Aku adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan benda, materi maupun pikiran yang bisa diobservasi, sebagai objek. Nah, itu dia perbedaannya. Subjek dan objek! AKU versus aku adalah AKU si subjek versus aku si objek.

Sebagaimana sebuah objek, hakikatnya akan mudah dipengaruhi oleh kondisi. Itulah aku, yang mudah dipengaruhi oleh kondisi. Aku misalnya tubuh secara biologis, jabatan, status sosial, perasaan marah-benci-senang-dll, emosi, agama, dan semua hal yang melekat pada diri kita dan dapat dimengerti dengan panca indera kita (beberapa orang memiliki indera yang keenam).

AKU adalah AKU, ibarat atom, AKU semacam nukleous. Inti, penggerak, pemberi semangat, dan entah apa lagi julukan yang tepat yang bisa kita gunakan. AKU pada hakekatnya sama yaitu baik. AKU itu lepas dan bebas, bisa bergerak kemana pun dan melakukan gerakan apapun. Dan sebagaimana sifatnya yang bebas lepas maka AKU ini harus lepas dari yang namanya kelekatan. Seperti kembali pada penciptaan semesta pada awalnya adalah untuk tujuan yang baik. Tuhan menciptakan segalanya baik, termasuk manusia dengan AKUnya masing-masing.

Namun sayangnya, AKU ini sulit untuk ditemukan. AKU hanya dapat ditemukan dengan menyingkirkan aku-aku di bagian luarnya. Keberhasilan menyingkirkan aku-aku itu akan mengantarkan kita pada AKU kita masing-masing yang berpusat pada AKU yang sempurna. Dengan kata lain AKU Sempurna itu mencurahkan dirinya untuk AKU-AKU lainnya . Sebagai manusia yang tentu saja tidak sempurna, jelas sifat AKU kita ini juga tidak sempurna meskipun diciptakan dengan tujuan yang baik.

Yah, AKU Yang Sempurna. Inti dari semua AKU di alam semesta... pusat segala AKU. Dialah ALLAH... Tuhan Pencipta. AKU kita sama dengan AKU Sempurna (bukankah manusia diciptakan sesuai dengan citra/gambaran Allah sendiri) tapi tetap saja kita tidak bisa mengatakan bahwa AKU adalah AKU Sempurna.

Sebagai contoh kecil, sumur memiliki mata air. Air itu kemudian ditimba dan diletakkan pada ember-ember. Bisa dikatakan bahwa air di ember adalah air sumur tetapi salah besar jika dikatakan air sumur itu adalah air ember.

Keberhasilan menemukan AKU kita masing-masing akan dapat membawa kita pada AKU pusat yaitu AKU sempurna yaitu Allah Pencipta Alam Semesta ini.
Lalu bagaimana caranya mencapai AKU??!!
Satu jawaban pasti… KesadaraN. Yah, itu dia, kesadaran. Kesadaran akan adanya realitas hidup. Kesadaran bahwa yang bisa dilakukan adalah menjatuhkan pilihan atas realitas yang ada. Kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini sebenarnya berpusat pada AKU karena pada hakekatnya AKU kita ini akan mengantarkan pada AKU Sempurna.
Meskipun pada kenyataannya, kita justru tidak sadar bahwa kita lebih dikuasai oleh aku-aku yang membuat AKU semakin sulit untuk ditemukan.
Dan naifnya, sering kali aku lebih menguasai dan memegang peran penting dalam kehidupan ini dari pada AKU. Semakin lebih naifnya lagi, kita tidak sadar kalau telah kehilangan kesadaran untuk menemukan AKU. Nah, pasti deh makin bingung hihihi...
Memang sih kalau penjelasan sepotong-sepotong seperti ini hanya membuat bingung saja. Tapi sumpah demi Allah, saya tidak bermaksud membuat siapapun menjadi bingung kok.

Ok deh, jelas-jelas saya tidak mungkin memaksa orang untuk tidak bingung dengan kebingungan yang saya kemukakan. Kalau begitu saya sedikit melompat dari pembicaraan sebelumnya, namun tidak melepas teorema AKU-aku.

KESADARAN!!! Yah, kesadaran. Itulah lompatan yang saya lakukan. Saya melompat kepada kesadaran. Sadar akan apa?? Nah, pastinya pertanyaan itu yang muncul kan hehehe... (kok saya jadi merasa seperti peramal aja yah).

Sadar!
Pertama kali kesadaran akan realitas kehidupan. Apapun yang terjadi dalam hidup adalah sebuah realitas. Tidak ada yang bisa dilakukan dalam menghadapi realitas kecuali menjatuhkan pilihan tindakan. Menerima atau menolak, menanggung atau melarikan diri, mendengarkan atau meninggalkan pergi begitu saja, mempercayai atau mengingkari, dan tindakan-tindakan lainnya.
Kesadaran yang kedua yang saya maksudkan adalah kesadaran kita sebagai AKU, yang seperti di awal tadi, AKU sebagai subjek. Subjek yang bebas dan lepas dengan segala kekuasaan untuk menentukan sikap dan pemikiran. Yah, subjek dapat melakukan apa saja, memikirkan apa saja, dan berbuat apapun sebagai mana kita pahami arti subjek yaitu pelaku.

Hmmm... kok rasanya menjadi semakin sulit saja ya arah pembicaraan ini. Padahal sebenarnya saya cuma ingin menghubungan antara teorema AKU vs aku, kesadaran, dan statement awal yang saya protes tadi.

Mungkin dengan ilustrasi kisah akan dapat sedikit membantu.
Kisah yang pernah saya alami beberapa waktu yang lalu, tak perlu disebut kapan tepatnya.

Beberapa waktu yang lalu aku memang mengalami sakit hati yang cukup dalam. Sakit hati karena dikecewakan oleh seseorang yang sangat kupercaya (bahkan saat itu aku terlalu yakin kalau mencintainya, ah jadi malu sendiri kalo inget kedangkalanku dulu, yah, meskipun sekarang juga belum bisa dikatakan dalam). Dan sebagaimana hakikat manusia adalah makhluk sosial, jelas saya butuh orang minimal untuk mendengarkan kisah menyakitkan itu. Dan setelah saya bicara, satu orang teman bertanya, Gimana perasaanmu?
Huhuhuhu... basi banget, BT banget ngejawabnya. Udah diceritain kisah menyakitkan kok ditanya gimana perasaan gitu. Saya pun cuma cemberut saja menatap teman saya itu.

Tapi itu jawaban dulu, sebelum bertemu DIA dan mengenal temannya yang satu itu. (Hmmm... sedikit cerita ya. Sebenarnya temannya itu cakep lho, pertama kali melihatnya, aku udah naksir. Dia orang Klaten yang besar di Jakarta tapi sekarang tinggal di Jogja, dekat dengan t4 tinggalku dan tentunya masih muda. Kami hanya selisih beberapa tahun saja. Secara fisik, penampilannya sebenarnya lumayan cakep, bahkan dibanding dengan DIA ^_^ Tapi sayangnya hati dan perasaanku masih tertuju untuk DIA. Itu dia kelemahanku, atau kekuatan yah hehehe... hanya bisa total ke SATU aja, susah dibagi-bagi). Duh... kembali lagi bicara tentang aku dan bukannya AKU. Tuh kan, memang sulit menemukan AKU. Yah, katanya memang sering kali butuh latihan intensif untuk bisa menemukan AKU kok.

Ok, kembali ke cerita (kisah saya). Bersama DIA dan temannya ini, saya disadarkan akan kekuasaan yang dimiliki jika hidup sudah ke arah AKU. Yah, saya pakai kata disadarkan karena AKU adalah subjek. Kalau dipakai kata mereka menyadarkan, artinya aku ini sebagai objek kan?! Hanya menerima akibat sebagai hasil dari sebab. Sebagai subjek, AKU mau makanya bisa sadar. Kalau AKU tidak mau, biar bagaimanapun tetep mereka tidak akan berhasil membuatKU sadar.

Nah, disini saya diajarkan untuk mengenal AKU (tentu dengan cara menyingkirkan aku-aku yg melapisinya). Ini juga yang mendasari pemikirkan Tidak ada satu orang pun yang mempunyai kekuatan untuk dapat menyakiti kamu, kecuali kamu telah mengijinkannya. Karena memang masuk akal jika AKU sudah ditemukan. AKU akan menjadi subjek dan dapat menentukan segalanya, termasuk aku.

Pertama-tama harus ada kesadaran. Sadar akan adanya realitas.
Sebuah realitas bahwa seseorang itu mengkhianatiku, oh tidak, maaf.
Dia tidak mengkhianatiku, yang benar adalah aku dikhianati. Yah, dikhianati! Ada beda lho antara seseorang mengkhianatiku dan aku dikhianati seseorang!!! Masih ingat kan penjelasan singkat di atas tentang perbedaan fungsi subjek dan objek.
Realitasnya adalah seseorang ini telah menjalin hubungan dengan wanita lain di belakangku (bisa juga di depanku hehehe).
Realitasnya adalah aku telah melihat mereka pergi berduaan.
Realitasnya adalah seseorang ini sudah tidak mencintaiku lagi (meskipun saya sudah lupa apa definisi cinta itu sendiri).
Realitasnya adalah seseorang itu mengatakan akan menghubungiku dan menjelaskan semuanya.
Realitasnya adalah seseorang itu tidak pernah menjelaskan apapun.
Itu semua adalah realitas!

Kesadaran!!! Yah, kembali lagi kepada kesadaran. Saya harus sadar itu realitas yang ada di hadapan saya. Langkah selanjutnya adalah mejatuhkan pilihan!
Yuhuuuuuuuuu... ini dia kuncinya. Penjelasan dari statement yang di awal tadi saya katakan bullshit.
Pilihan!!! Disinilah AKU bekerja, dan bukannya aku.
Mungkin pada awalnya, aku yang menguasaiku sehingga yang muncul adalah emosi, kemarahan, kekecewaan, perasaan dikhianati, dibohongi, dibodohi, dimanfaatkan, etc... etc... etc...

Tapi sejak mengenal mereka (DIA dan teman-temannya), mulailah menggali AKU dalam diri. Mengaktifkan AKU sebagai subjek. AKU ini bebas dan lepas, AKU ini bebas dari kelekatan apapun termasuk kelekatan terhadap kepercayaan, cinta, dan benci. Dan yang terpenting AKU tidak mau disakiti oleh apa/siapapun. AKU tidak mengijinkan untuk disakiti karena AKU melihat AKUnya seseorang itu sebagai AKU yang lepas dan bebas juga. AKU harus mampu melihat latar belakang seseorang itu melakukan semua itu, latar belakang pendidikannya, latar belakang keluarganya, latar belakang lingkungan pergaulannya, bahkan latar belakang lainnya yang bisa memberikan referensi penilaian terhadap seseorang itu.

Hmmm… pastinya ada yang mengira AKU mengelupas seseorang sampai liciiiinn... ciiin... tapi sungguh bukan itu maksudnya. AKU hanya mencari referensi yang mendasari seseorang melakukan apa yg telah dilakukannya (realitas), tanpa tendensi lainnya. Dan referensi itulah yang dapat membantuku untuk menentukan pilihan. Pilihanku... Aku tidak mau dikhianati dan disakiti!!!
Jadi kalau sekarang ditanya apakah seseorang itu mengkhianatiku?! Jelas jawabannya TIDAK.
Apakah seseorang itu menyakitiku?! Jawabannya TIDAK.
Apakah seseorang itu melukaiku?! Jawabannya TIDAK.
Karena AKU tidak mengijinkannya!!!

Nah, untuk temanku yang pernah menanyakan pertanyaan itu, inilah jawabanku sekarang. AKU tidak mengijinkan seseorang itu menyakiti AKU, oleh karena itu seseorang ini memang tidak bisa menyakitiku. Dan kini AKU bisa menerima statement Tidak ada satu orang pun yang mempunyai kekuatan untuk dapat menyakiti AKU, kecuali AKU sendiri telah mengijinkannya. Dalam kasus ini AKU tidak mengijinkan kok. Dan untuk temanku juga, kamu pun juga bisa menemukan AKUmu masing-masing. Lepaskan aku-aku yang mengelilinginya dan temukan kebebasan yang lepas sehingga bisa menemukan AKU Sempurna.

Ahaaaa... jadi teringat ajaran Bikshu Tong dalam serial Sun Go Kong (habisnya Adi seneng banget nonton, meskipun sudah diputar berulang-ulang di televisi) . Tujuan akhir mereka adalah mencari Kitab Suci dan menjadi Budha. Budha... kondisi menyatu dengan alam semesta dan manusia. Yah, mungkin sejenis itulah AKU itu. Semacam tenaga chi., atau apalah istilah lainnya.

Dan tidak pernah kusesali obsesiku dengan Its`me... [it`s_me]... itz`me... AKU... aku...
(Hiheiehiehie.... meskipun dalam hal ini aku yang berperan)

Sunday, October 02, 2005

Catatan harianku semalam.

Seperti habis melakukan kerja yang berat, semalam aku merasa tubuhku sangat letih dan berat. Meskipun sudah kurebahkan tubuh di pembaringan dan kupejamkan mataku, tak jua lelap menjemput. Badanku sudah berkali-kali miring ke kiri - kanan - kiri lagi - kanan lagi. Sia-sia saja, aku belum juga bisa tidur terlelap.
Lalu kupandangi langit-langit kamarku dan pikiranku melayang, kuteringat DIA.

DIA.. yang selama ini selalu mencintaiku, mengasihiku, memperhatikanku, setia menemani dan menjagaku. DIA yang selalu ada saat kubutuhkan, selalu sabar mendengarkan keluh-kesahku, meredakan kepanikanku, dan DIA yang selalu memberi senyum yang begitu indah & damai, bahkan di saat kutimpakan kekesalan-kekesalanku padaNya. DIA tak pernah marah padaku, bahkan justru semakin memberikan perhatian di saat aku mencoba menjauhiNya.

Hmm.. benar-benar aku ini tidak tau diri. Jarang kuucapkan terima kasih. Jangankan berterimakasih, mengunjungi dan ngobrol lagi denganNya pun sudah jarang kulakukan.

Tapi malam itu.. aku ingat DIA. Aku rindu dan ingin bertemu DIA. Ingin ngobrol lagi dengan DIA seperti waktu dulu-dulu lagi. Dan malam itu... seperti orang yang tak tau malu, kuberanikan diri untuk mengetuk pintuNya. Aku deg-degan.. takut membayangkan wajahNya akan kaget dan DIA akan tersenyum sinis begitu melihatku.
Tapi aku salah.. ternyata DIA membuka pintu sambil tersenyum manis, sepertinya DIA sudah tau aku akan akan datang menemuiNya malam ini. DIA menggandeng tanganku lalu mengajakku duduk dan ngobrol berdua.

Aku rindu padaMu, langsung saja kuberterus terang padaNya.
Maaf karena belakangan ini aku sudah jarang mampir dan mengunjungiMu. Aku terlalu sibuk dengan hal-hal kecil yang kubesar-besarkan sendiri

DIA tersenyum dan berkata, Aku tau.
Hmmm.. aku ingin bercerita padaMu, tapi apa Kau masih mau mendengarkanku?
Kembali DIA tersenyum dan mengangguk padaku.
Aku ingin menceritakan sesuatu, tapi apa Kau mau berjanji untuk tidak marah dan meninggalkanku?

Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Pernahkah itu kulakukan? jawabNya
Yah... aku tau (aku tersenyum malu akan pertanyaanku sendiri). Justru aku yang selama ini sering meninggalkanMu.

Begini.. beberapa waktu yang lalu aku berkenalan dengan seseorang. Dia baik padaku, banyak membantuku dan kami telah banyak menghabiskan waktu bersama. Hmm.. mungkin karena itu juga aku jadi jarang berkunjung lagi. Tapi aku juga berpikir.. Kau tau banyak tentang aku, dan Kau pasti juga tau banyak tentang dia. Kau tidak pernah marah padaku. Hmm.. apakah Kau yang telah mengirimkannya untukku?

Lalu DIA menjawab, Yah.. itu memang benar. Aku memang mengirimkannya untuk menemanimu, tapi sebenarnya bukan untuk menghabiskan waktumu. Aku ingin kalian berjalan bersama dan saling mengisi satu sama lain.

Aku tersentak kaget mendengar DIA mengatakan itu semua.
Jadi Kau tidak marah jika aku jalan berdua dengannya?? Sungguh Kau tidak merasa cemburu?? Taukah Kamu, aku sering kali merasa cemburu jika Kau lebih memperhatikan orang lain, memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih besar dari yang Kau berikan padaku.

Benarkah kau merasa perhatianku padamu kurang besar? Bagaimana dengan kasih sayangku yang kutitipkan melalui orang tuamu, saudaramu, sahabatmu, bahkan melalui orang-orang yang kukirimkan padamu? Bukankah setiap kau panggil, aku selalu datang. Pernahkah aku mengabaikanMu?

Aku pun tertunduk kembali menahan malu. Setetes air mataku jatuh..
Yah.. sungguh aku tak tau diri. Maafkan aku, ucapku lirih.
Lalu sesaat kemudian kurasakan DIA merengkuh tubuhku.. dan memelukku. Hangat terasa menjalar ke seluruh tubuhku. Diusapkan tanganNya di wajahku dan menyeka genangan air mataku. Lalu kataNya..
Kau tau.. setiap hari aku selalu menunggu saat-saat seperti ini. Kita duduk dan berbincang² lagi. Setiap pagi aku menunggu kamu bangun dan mengucapkan selamat pagi. Tapi aku tau, kau terlalu tergesa-gesa bangun dan ingin cepatcepat melakukan aktifitasmu. Di siang hari pun aku menunggumu untuk datang dan bercerita tentang apa saja yang telah kaualami seharian, tapi aku tau kau sudah sibuk dengan berbagai kegiatanmu.Dan di malam hari, aku juga menunggumu untuk menyapa dan mengucapkan selamat malam, tapi aku tau kau sudah terlalu letih dan ingin cepat-cepat tidur.
Aku tau itu semua.. tapi aku akan tetap selalu menunggumu untuk semua itu.

Seperti tanah kering disiram air yang segar, jiwaku pun juga merasa segar kembali mendengar kata-kataNya. Kuberanikan diri untuk mengangkat wajahku, dan kulihat senyum itu. Senyum yang begitu tenang dan menyejukkan, senyum yang memberi kedamaian. Jadi selama ini DIA masih disisiku.
Kini kusadar… DIA cinta padaku.

Sunday, September 25, 2005

MM

Sinar matahari membangunkan aku, kinnor masih kupeluk erat-erat. Aku pun bangkit dan berjalan kembali perlahan-lahan ke arah rumahku sambil mengenangkan bait-bait akhir Shir HaShirim

Air yang banyak tak mampu memadamkan cinta, dan banjir tak dapat menghanyutkannya. Jika seseorang memberi segala hartanya untuk membeli cinta, pasti hanya penghinaan ya didapatkannya.

Dari segi nasib, hidupku penuh kepahitan, sebanding dengan ibu mertua Ruth yang mengakibatkan ia dinamai Mara dan bukan Naomi [menyenangkan]. Dari segi pribadi, orang bilang aku ini keras, kuat, dan rada-rada suka berontak. Cewek binal, begitulah omelan mereka yang jengkel kepadaku. Wanita mandiri, beginilah aku di mata teman-temanku.

PenampilanNYA tidak menonjol, sama seperti pria-pria kebanyakan. Ganteng tidak, jelek juga tidak. Biasa-biasa saja. Hatiku pun tidak berdesir sama sekali melihatNYA. Selera makan dan minumNYA lumayan juga, tidak kalah dengan yang lain. Dengan penuh perhatian, DIA mendengarkan pembicaraan orang lain. Kadang DIA ikut bicara dengan singkat. Rupanya sadar bila kuamati, DIA kadang melirik ke arahku juga. Dan kami pun kadang bertemu pandang.

Lama-kelamaan ......... setelah sering bertemu pandang dengan DIA, baru aku tersadar. Bila ada sesuatu yang istimewa dalam diri DIA yang berpenampilan biasa-biasa saja ini, itulah mataNYA. Oh, lirikan mataNYA! Bagaimana, ya? Pokoknya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Orang musti mengalami sendiri baru akan paham apa yang aku maksudkan.
Pandangan mataNYA bukan pandangan menuduh, bukan pula menghakimi, meski seluruh hidupku seakan menjadi terbuka penuh di hadapan DIA, dari Alpha sampai Omega. Tidak ada lagi yang tersembunyi. Dan yang ditimbulkan dalam hati, bukan lagi rasa malu ataupun salah, melainkan rasa dimengerti secara utuh, dipahami secara penuh, dan dimaafkan tanpa syarat.
Diterima. Dihargai. Diteguhkan. Dikasihi. Dihidupkan kembali. Ditransformasikan. Sorotan mataNYA bagaikan Ciuman Kudus HaShem pada bibir boneka tanah di awal penciptaan, yang mengalirkan neshamath hayyim [daya kehidupan] sehingga gumpalan tanah menjadi nephes hayyah [makhluk hidup].

Perjumpaan dengan DIA, lewat sorotan mataNYA yang bagaikan Ciuman HaShem di awal penciptaan manusia, mengubah aku. Itulah titik balik hidupku. Ada sesuatu yang dilepaskan dari diriku ini. Pengalaman pembebasan ini meliputi seluruh indra, rasa perasa, serta kesadaranku.

Yah, mungkin bisa dikatakan HE is my first love! Orang kan bilang, kalo untuk cewek itu “first love never dies”. Sedangkan kalo untuk cowok, yang mengesankan itu cinta yang terakhir, meski untuk cowok itu, ya, sebenarnya “last love is never the last”!

Kenangan demi kenangan akan kehadiran cinta sejak pertama kali dalam hidupku membuat aku teringat akan cinta khusus DIA bagiku. Cinta khusus bagiku ini pun juga dilihat dan diakui oleh yang lain.
Cinta yang nyata dan menyeluruh dalam hidup sehingga aku tidak merasa harus berjuang lagi untuk memperebutkan CINTA. Malahan merasa, kini giliran aku yang harus mencintai dengan sepenuh-penuhnya, sehabis-habisnya! Aku telah menerima dengan Cuma-Cuma, kini ingin memberi dengan Cuma-Cuma pula! Cinta pada DIA adalah cinta terakhirku! He is my last Love! He is my true Love! He is my Destiny! From now until forever!

Sebuah pelajaran dari DIA yang sangat kuingat :
Orang yang paling mengasihi sahabat-sahabatnya adalah orang yang memberikan hidupnya untuk mereka! Kalianlah sahabat-sahabatku. Bukan kalian yang memilih aku. Akulah yang memilih kalian, dan menyuruh kalian untuk berbuah banyak – buah yang tak dapat binasa. Kalau sebutir gandum tidak ditanam ke dalam tanah dan mati, ia akan tetap tinggal sebutir. Tetapi kalau butir itu mati, baru ia akan menghasilkan buah yang banyak. Orang yang mencintai hidupnya akan kehilangan hidupnya. Tetapi orang yang membenci hidupnya di dunia ini, akan memeliharanya untuk hidup sejati dan kekal!

Ketika aku bilang bahwa aku sulit mengerti kata-kata itu, hanya ada komentar singkat,
“Yank, Chayank! Gitu aja Yayank kok gak ngeh sih! Jangan coba-coba ngerti pake otak doank donk, kayak cowok aja! Pake hati! Pake hati! Yayank musti inget lho: Penjelmaan Sang Cinta hanya dapat dikenal dan diikuti lewat Cinta pula!”

I will follow Him. Follow Him wherever He may go. And near Him I always will be. For nothing can keep me away. He is my Destiny!
I will follow Him. Ever since He touched my heart I Knew. There isn’t an ocean too deep. A mountain so high it can keep, keep me away, away from His Love!I Love Him! And wherever He goes I’ll follow! He’ll always be my true Love! From now until forever!

Thursday, September 22, 2005

Happy B'Day Vani


Happy B'day to You
Happy B'day to You
Happy B'day .......... dear Vani..........
Happy B'day to You


Eheemmm... tes...tes... tes... 1... 2... 3...
Hiehieie... kayak mo pidato aja. Padahal cuman mo ngucapi met ultah buat Vani alias Antin & Eka junior. Semoga makin cantik dan pinter serta menjadi anak yang berbakti dan membanggakan orang tua, agama, bangsa, dan negara. Amin... amin... amin...
Sebenarnya agak-agak lupa ulang tahunnya tanggal 22 ini atau 23 besok (maklum lah... penyakit pelupa belum juga hilang nih). Akhirnya mengikuti hati nurani aja (woloohhh...) dan menurut hati nuraniku, Ultahnya Vani jatuh hari ini. jadi tadi sempatin SmS ngucapin met ultah. Pengennya sih datang ke sana, tapi i'm too busy (haiahaihaihaihia.... nggaya sithik), jadi kuSmS. Eee...eee...eee.... ndak sampai 10 menit kirim SmS, tiba-tiba Eka sama Antin undah muncul di rumah bawain kardusan. Nasi kuning dan kue ultah. Hehehehehe... kilat euyyy...
Belum ada 10 menit pesen kue ultah, langsung datang. Kayak layanan delivery aja
Thx ya Ka... Tin... Sering-sering aja ulang tahun
Semoga kebaikan dan ketulusan hati kalian dibalas oleh Yang di Atas... uhuxxx...

Oh iya, ngomong2 soal SmS. Hari ini dapat SmS iseng, jail, ato... entah apa deh sebutan yang pantes. Isinya:

22.09.2005 11:10
some one
hai leh kenalan ga?
sory ya.. ganggu km
cz ku lg nyari pasangan yang setia,maniez, cute, baik ati n ga sombong
ok
kl mo daftar reply aja
pokoke ampe bisa....

Ughhh... SmS tanpa nomer gitu, kalo sampe kubalas berarti bego kan hehehehe...
Hmm... ndak tau deh siapa sih orang pengecut yang beraninya kirim SmS tanpa nomer gitu. Seingatku sih hanya satu orang yang dulu pernah ngerjain aku pakai cara gituan. Seseorang di masa lalu yang pernah membuatku sakit hati dan.... upppsss... supaya tidak mengurangi kebahagiaan di hari ini, lebih baik tidak membicarakan dia lagi. Uhux kalau emang bener dia orangnya, huhuhuhu.... apa lupa kalau caranya dulu gagal heiehiehieiehiee.... Lebih kreatip lagi dong hehehe...
Untung aja hari ini aku lagi seneng jadi ndak peduli dengan siapapun juga si pengirim SmS itu.

Wah ternyata kalau ndak dirasakan, waktu rasanya cepet juga berlalu. Besok sudah hari jumat, abis itu sabtu... and week end... Sabtu bebaaaassss..... semoga rencana untuk hari sabtu besok ndak batal.


Bagai rusa yang mendambakan air, Jiwaku rindukan dikau sayang....
Dalam dahagaku, hadirlah kasih dan tinggal dalam hatiku.
Kupercaya... kau kan datang... Hadir dalam perjalanan hidupku
Tinggal padaku... hingga sgala rinduku... akan terobati...

Thursday, September 15, 2005

AYUB

Kesalkah engkau, bila orang mencoba berbicara kepadamu?
tetapi siapakah dapat tetap menutup mulutnya?

Sesungguhnya engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemah telah kau kokohkan;
Tetapi sekarang dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal,
Dirimu terkena dan engkau terkejut.
Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?

Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan dimanakah orang jujur dipunahkan? Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga. Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh hembusan hidungNya.

Suatu perkataan telah disampaikan padaku dengan diam-diam dan telingaku menangkap bisikannya, waktu bermenung oleh sebab khayal malam, ketika tidur nyenyak telah menghinggapi orang.
Aku terkejut dan gentar, sehingga tulang-tulangku gemetar.
Suatu roh melewati aku, tegaklah bulu romaku.
Ia berhenti, tetapi rupanya tidak dapat kukenal.
Suatu sosok ada di depan mataku, suara berbisik-bisik kudengar: Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?
Sesungguhnya, hamba-hamba tidak dipercayaiNya, malaikat-malaikatNyapun didapatiNya tersesat, lebih-lebih mereka yang diam dalam pondok tanah liat, yang dasarnya dalam debu, yang mati terpijar seperti gegat.
Diantara pagi dan petang mereka dihancurkan, dan tanpa dihiraukan mereka binasa untuk selama-lamanya.
Bukankah kemah mereka dicabut? Mereka mati, tetapi tanpa hikmat.

Sungguh, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.
Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat;
Dia yang memukuli, tetapi tanganNya menyembuhkan pula.
Dari enam macam kesesakan engkau diluputkanNya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka. Pada masa kelaparan engkau dibebaskanNya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang.
Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang.

Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa.
Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya.

Wednesday, September 14, 2005

Back To JogjA

Finally.. come home again.
Pulang lagi ke Jogja.
Thx God, untungnya ada Eka yang masih di Jogja. Jadi bisa ditanya-tanya soal rute ke Sidoarjo kemarin. Gusti Allah seh tresno ro aku masih saja aku diberi keberuntungan-keberuntungan dalam hidup ini. Bahkan di perjalanan berangkat dan pulang juga diberi keberuntungan dengan diberi teman seperjalanan yang menyenangkan. Itulah salah satu hal yang membuatku senang dengan perjalanan. Aroma bensin dan solar mesin kendaraan dan pertemuan dengan orang-orang yang baru, membuka hati dan pikiran bahwa kita tidak sendirian di dunia ini. Menunjukkan hal-hal baru yang selalu bisa kita dapatkan di tempat lain, dan membuat pikiran lebih. berkembang

Huhuhuhu... perjalanan yang cukup menyenangkan meskipun bukan perjalanan yang sebenarnya kuinginkan.
Sebenarnya pada waktu-waktu ini aku sedang tidak ingin melakukan perjalanan atau pergi kemanapun juga. Aku sedang menikmati saat-saat menyenangkan disini saja. Bersama orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku serta menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka.
Ough.. kenapa juga baru terasa sekarang yah. Kenapa dari dulu lebih senang menyibukkan diri di luar dan mencari-cari bagaimana caranya bisa keluar dan keluar terus.
Hiehiehiehiehie.. gairah muda kali yah
Tapi sekarang kan juga masih muda uhux...
Yah.. cuma sudah ada perubahan, tapi perubahan yang baik kok Semakin bisa lebih sabar dan menikmati setiap cambukan dalam hidup sebagai pelajaran untuk bekal menjalani hidup ke depan.
Paling tidak jadi semakin bisa mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikanNya kepadaku. Keluarga yang selalu mendukung, teman-teman yang baik dan bersahabat, orang-orang baru yang kukenal untuk bisa lebih berbagi kasih, kesempatan-kesempatan yang kudapatkan, dan juga rejeki yang tidak berhenti kuterima. Setiap hari aku hanya memohon beri rejeki untuk hari ini, tetapi yang kudapatkan lebih dari yang kuperlukan untuk hari ini.

Memang sungguh nikmat jika bisa menerima dan bersyukur padaNya. Semua terasa sudah ada yang mengatur dan Dia yang mengaturnyapun tidak memaksaku untuk menerimanya. Seperti sebuah drama kehidupan dimana kita ditawari sebuah lakon. Lakon yang bisa kupilih dan kujalani seperti yang telah kupilih saat ini. Dia telah menetukan jalan ceritanya dengan mengubah hidupku, dan aku ditawari untuk melanjutkan lakonnya. Kini telah kupilih dan ternyata.. ceritanya menjadi semakin menarik.
Dia hanya mengambil satu kebahagiaan dalam hidupku, dan tak kusangka ternyata aku diberikan ganti dengan kebahagiaan yang berlipat-lipat ganda.

Saat ini pun juga ada sebuah pilihan yang harus kuambil. Semalam Mas Wata datang ke rumah dan nawari untuk pendampingan lagi di Padureso. Bisa saja kutolak karena sekarang sudah susah membagi waktu cieeeh... sok sibuk euy... Tapi bukankah pendampingan merupakan kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat buatku belajar dan bermanfaat buat yang didampingi, yang juga berarti aku bisa berguna buat orang lain. Tapi jika kuterima, artinya akan ada perjalanan lagi??!!

Ahaaa ... perjalanan...
Hieheihiehie .. apakah hidupku akan lebih banyak kuhabiskan untuk melakukan perjalanan?
Yah... yang penting jalani aja semua dengan baik. Hidup bukan untuk dipikirkan tetapi untuk dijalani (nasehat Om Ardhi). Oce omm... The show must go on

Friday, September 09, 2005

Journey Again

Setelah mencoba dan mencoba, kok ya belum sampai finish juga yah. Hmmm... kayaknya ceritanya bakalan lebih panjang lagi. Tapi aku malah dapat ide baru. Kayaknya dengan menggabungkan alur dan tokohnya akan menjadi lebih menarik dari pada dilepas-lepas seperti sebelumnya.
Hmmm... w'll c....

Oh iya, senin besok mesti sampai ke Sidoarjo. Huhuhuhu... again and again...
Akan melakukan perjalanan ke tempat yang sama sekali belum pernah kudatangi sebelumnya. Tapi bener kata Yus, segala sesuatu memang harus ada permulaannya. Dan kemarin-kemarin aku sudah membuktikan bisa memulainya. Semoga semua ini dapat kulalui dan semoga akan mengantarku kepada sesuatu yang lebih baik.
..::bRb::..
Moko telpon sedang dalam perjalanan pulang ke Jogja.
Wis ah, meh golek panganan sek.

Tuesday, September 06, 2005

Hmm...

Ah... ternyata bener kan, si Eka yang datang ke Jogja. Kemarin dia datang sama Antin,istrinya. Ndak berubah mereka itu,Eka tetep cerewet dan jail trus Antin'nya tetep aja anteng. Sayangnya sih si kecil ndak dibawa, padahal aku pengen lihat si kecilnya. Tapi klo dibawa emang repot sih, Antin kan ke gereja jadi kerepotan klo sambil bawa bayinya. Padahal Eka mesti nak yo rung biasa ngemong bayinya
Ntar deh kumain ke kost kalian hehehehe... tunggu aja yaa...

Hmmm... sudah agak lama aku ndak pernah buka lagi folder Indrastuti.
Pas kubuka-buka jadi malah bingung sendiri, ternyata banyak cerita-ceritaku yang belum sampai final. Kalau ndak salah ada 5 cerita yang berhenti di tengah jalan. Coba kubaca-baca lagi karena emang sudah hampir lupa dengan alurnya dan... heran .
Uhux... kok bisa ya aku buat cerita itu. Wah ternyata aku belum benar-benar mengenal diriku sendiri hehehe...

Hmmm... sebenarnya masih jauh sih kalo dibilang bagus, tapi aku sendiri heran bisa sampai segitu jauhnya.Coba lagi ah mau kuselesaikan, bisa pa ndak yah

Tidak ada yg tau jawabanya kalau tidak kucoba kan
Wish me luck

Monday, September 05, 2005

SmS

Selamat pagi, dah bangun belum nech? klo dah dikirim sms aq ya, transfer sblm jam 12 siang. Mksh byk


Huhuhuhuhu... smsnya bikin kaget aja. Tumben getarannya kerasa kenceng, padahal biasanya ndak sekenceng itu. Pas liat jam ternyata emang udah hampir jam 6 hiehiheiheihie... nek nglembur pasti bangunku jadi kesiangan . Semalam akhirnya kesampaian juga liat Constantine dan Kingdom of Heaven, dapat Ori lagi uhux... lumayan lah. Ada beberapa sms lain yang belum sempat kebaca.


Mbak sampeyan ngko bengi metu ra? Aq neng yk kie! renc engko jam 4 mrono iso ga?


Hwiih... cuma nomer aja, tapi dari gaya tulisane sih mirip Eka. Dengan ketidakyakinan kujawab aja BISA. Untuk membuktikan ya kita lihat deh ntar sore siapa yg bakal sampai rumah huhuhuhuhu...


Wi hari rabu nonton Carli & Coklat's Factory yuk, dKU UGM htm jam 16:30


Nah... yang ini udah jelas, satu-satunya temenku yang paling rajin ngajak nonton... Dewi Claudia. Wedew... wis ditelpon. Wah malah keasikan posting kih, ok deh mas... sorih... ke bank dulu yah.
Eh ada satu lagi sms yang terpaksa bikin aku senyum.


Selamat Anda memenangkan undian poin dari SimpatiHOKI. Untuk informasi lebih lanjut hubungi nomer +62815... Pengirim : 1010


Heleehh... yang kirim sms kie pas-pasan ngertinya po trial and eror nyari mangsa, atau... mbuh lah. Wong jelas-jelas pengirimnya aja nomer 0815...kok pakai diberi tambahan Pengirim : 1010 segala. Lagian kok bisa-bisanya undiannya Simpati kok pengirimnya pakai nomer Mentari. Masih ada saja yang pakai cara itu buat cari mangsa.
So... be carefull

Friday, September 02, 2005

Dunia Memang Sempit

Sebenarnya sih aku pengen pinjem kartu KK'nya Dewi buat pinjem buku. Tapi seperti biasa, anak itu belum balikin buku yang disewanya kemarin. Jadi gak bisa pakai kartunya deh. Tujuanku ke situ kan buat cari buku, harus dapat dong hehehe.... Jadi buku yg ada disitu kubawa aja, sori Wi... kayaknya bakalan lama deh pinjemnya.

Aku ke Tera sama Sigit, mumpung ada yg bisa nganteri hiehiehiehie....
Eh malah ternyata Sigit tuh juga udah sering ke Tera. Jadi pas dulu aku sering ke Titan, jebule Sigit sering ke Tera. Dan ternyata lagi... Sigit tuh sahabatan sama pacarnya Eka. Weleeh... weleeh... dunia ini memang sempit. Kirain udah dapat teman di lain-lain tempat, jebule yo saling kenal. Untung juga sih gitu, jadinya suasananya ndak bikin boring. Ndak perlu aku kenal-kenalin ternyata mereka udah saling kenal.

Hmm... sebelum ke Tera kan sempat mampir dulu ke rumahnya Sigit. Hmmm... kurang pantes sih disebut mampir, wong dari Kotabaru ke Jalan Godean trus Gejayan. Yah... pokoknya ke sana dulu deh, nunggu dia mandi dan ganti baju. Di situ aku ketemu adiknya dan ngobrol-ngobrol. Kebetulan lagi... ternyata adiknya tuh adik kelasku di Stama. Jadi pas aku kelas 3, dia di kelas 1... trus malah ngobrol kayak orang reunian. Huhuhuhu... cen sempit donyo'ne. Sigit'nya sendiri ternyata kk' kelasnya Moko di SMU dulu.


Oh iya, Moko hari ini pulang. Sempat ngobrol tadi sama dia dan nanya soal suka-dukanya kuliah di sana. Seru juga ceritanya. Katanya peraturan di sana ketat dan hukumannya berat. Ada temannya yang matahin alat trus disuruh milih kompensasinya ganti rugi Rp 5jt atau ganti jam kerja 30 jam. Hwiihh... serem banget. Untung bukan aku yg disuruh milih, klo aku milih pulang aja :P
Ketauan metik daun aja juga bisa dapat hukuman, heleh.. kampus po akademi militer kui. Pokoknya tadi sempat cerita-cerita banyak ttg kampusnya.
Sampai saat ini kegiatan di kampusnya praktek terus, dari pagi sampai sore prakteknya. Kayaknya sih dia menikmati, dan semoga tetap bisa bertahan. Sukses selalu ya Mok...


Hmmm... semalam Tina telpon katanya Yus mau ke Jogja. Pagi tadi Rien juga sms bilang diajak ke Jogja sama Yus (tapi sayangnya dia ndak dapat libur). Tapi kok sampai jam segini aku belum dapat kabar apapun dari Yus yah?! Jadi pa ndak sih dia ke Jogja. Padahal aku udah batalin rencana sama Dewi buat nengokin anaknya Dian Bri.
Huhuhuhu... menunggu deh...
Dan aku menunggu... trus menunggu....
hanya untuk memelukmu seeratnya, trus berharap... kau kan datang secepatnya.

Tuesday, August 30, 2005

Adi'ku Sembuh

Ugh... selalu aja yang namanya menyesal itu belakangan. Kemarin aku sempat marah ke Adi karena dia cengeng banget. Dikit-dikit nangis dan ngambek. Tapi sore harinya aku jadi sedih, ternyata badannya demam tinggi Pantas aja jadi rewel gitu, ternyata emang lagi ndak enak badan. Adi tadinya mau naik dan kasih makan burung tapi pas mau turun, dia ndak kuat turun trus tidur aja di kamarku. Pas masuk kamar aku kaget lihat dia tidur di kasur. Setelah diperiksa ternyata demamnya tinggi.
Malam harinya dianter bapak ke dokter dan dikasih obat. Habis minum obat langsung dia bisa tidur nyenyak (ndak merintih lagi kayak sebelumnya). Thx God... akhirnya Adi sembuh juga. Pagi tadi sudah kembali lagi masuk sekolah.

Sunday, August 28, 2005

Gita Swarasisya Buwana

Apa yang dimaksud Gita Swarasisya Buwana?!
Itu adalah sebuah pementasan konser musik amal yang diselenggarakan pemerintah kota Yogyakarta bekerja sama dengan BlueScope Steel, Australia untuk mengumpulkan dana bagi korban bencana alam sekaligus Mangayubagyo Jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-17. Konsernya diselenggarakan sabtu (semalam) di Pagelaran Kraton Kasultanan (Bangsal Srimanganti) dalam bentuk pentas orchestra

Lalu.. apa hubungannya denganku?! Hehehe..
Ndak ada hubungan khusus sih. Cuma kebetulan aja ada teman yang ngajakin untuk nonton konser itu... FREE alias GRATIS. Jelas mau kaan
Padahal tiket aslinya mahal, untuk umum 100rb dan yang VIP 150rb. Kalau duitku sendiri, mendingan duit segitu dipakai buat beli pulsa :P Lumayan kan dapat gratisan

Tapi berhubung gratisan, maka ada syaratnya. Syaratnya tuh aku mesti jadi bagian orang-orang di dalam arena Pagelaran bangsal Srimanganti itu... alias ikut jadi panitianya. Yah.. memang sedikit capek, tapi aku mau aja. Itung-itung bisa nonton gratisan, bebas berkeliling lokasi pertunjukan, dan dapat kaos lagi.

Oh iya, soal kaos nih. Aku baru dapat kaosnya hari sabtu pagi, padahal sorenya udah dipakai. Pas dapat kaos itu aku kaget juga. Ukurannya gede banget. Wah .. ndak bisa deh kupakai, aku tenggelam dalam kaos. Langsung aja kuajak Dewi ke Mirota buat vermak kaosnya. Huhuhu .. kilat, sore udah harus jadi. Dan akhirnya.. puji Tuhan.. jadi juga vermakannya, dan pas di badan. Uhux.. jadi lebih PD deh pakainya..
Makasih ya Pak Vermak’an. Untung Bapak bisa bikin dengan kilat dan tetep pakai harga biasa

Kembali lagi bicara tentang konser semalam.
Wow.. keren banget
Di bagian awal disajikan opera yang dimainkan The Australian Boys Choir, mereka anak-anak kecil tapi suaranya bagus banget Lalu ada juga The Vocal Consort yaitu paduan suara yang orang-orangnya lebih dewasa lagi. Untuk orchestra’nya ada The Bluescope Steel Youth Orchestra yang terdiri dari remaja berusia 10 – 19 tahun. Tapi biarpun masih muda-muda, penampilan mereka semalam luar biasa bagus. Apalagi pas kolaborasi dengan PSM UGM dan beberapa pemegang alat musik lainnya dari ISI Jogja.
Bintang tamunya adalah penyanyi cilik Ketzia dan Ahmad Dani serta beberapa musisi local.

Meskipun badan dan mata sudah terasa berat, tetapi waktu mendengarkan lantunan musik-musik semalam, rasanya menjadi segar dan sayang untuk meninggalkannya. Aku jadi terpesona melihat penampilan mereka semalam. Luar biasa, begitu banyak alat musik yang menjadi bagian dalam orchestra itu, begitu banyak pemain yang terlibat dalam lagu-lagu itu, dan begitu banyak sentuhan-sentuhan manusia dengan teknologinya yang berperan dalam pentas semalam.. ternyata bisa menghasilkan sebuah pagelaran musik yang bagus

Begitu hebatnya DIA menciptakan orang-orang dan semua yang terlibat disitu sampai bisa menghasilkan sebuah karya seni yang indah. Dan kusadari... kebersamaan dengan DIA pasti amat jauh lebih indah lagi dari segala ciptaanNya

Thursday, August 25, 2005

SemalaM

Seperti biasa, udara malam ini dingin menusuk sampai ke pori-pori kulitku. Padahal sudah kupakai Tshirt lengan panjang, celana panjang dan juga jaket. Dan meskipun badannya bisa dikatakan tinggi dan besar, tapi tetap saja tak mampu menghalangi dinginnya udara semalam. Sebenarnya suasananya membuatku malas untuk keluar malam-malam. Mendingan buat tiduran ato nonton tipi aja di rumah.
Tapi akhirnya semalam aku keluar juga dengannya.

Sejak mesin distarter dan keluar dari gang rumahku (ralat :rumah orang tuaku), sampai berputar-putar menyusuri jalan sering kali kudengar, "Mau kemana?"
Hmm... dulu sering juga pertanyaan itu ditujukan untukku, dan kini aku mendapat pertanyaan yang sama... tapi dari bibir yang berbeda. Dan bedanya lagi, kalau dulu aku ditanya karena dia belum hafal jalanan kota, tapi kali ini aku ditanya karena dia terlalu sering melalui jalanan kota... bingung mau kemana. Yang akhirnya karena tidak kuberi jawaban, kami hanya muter kota tanpa tujuan dan ngabisin bensin aja.

Setelah berputar-putar, kami pun berhenti di alun-alun selatan. Kami saling berpandangan dan akhirnya tertawa bersama GELI aja... beberapa kali tempat ini dilalui tapi tidak ada niat sama sekali untuk berhenti. Tapi akhirnya malah tempat ini yg jadi tujuan buat nge'tem.

Persis lurus di depan adalah gerbang MASANGIN. Gerbang berupa 2 pohon beringin besar yang jadi patokan orang-orang bermain masangin. Tapi kami ndak ikutan main masangin loh, cuma melihat orang-orang itu berjalan dengan mata ditutup menuju ke arah gerbang pohon beringin itu. Hehehe... kadang bikin senyum dan juga tertawa, ada yang nyasar jauh ke timur atau pun ke barat, dan ada juga yang hanya berputar-putar di situ Tapi ada juga beberapa yang berhasil sampai di gerbang dan sepertinya senang sekali sampai-sampai mau mengulanginya lagi.

Malam ini bukan malam minggu. Malahan malam jumat, dan kalau ndak salah sih malam Jumat Kliwon. Waktu yang oleh beberapa orang dikeramatkan dan dianggap pamali melakukan beberapa hal (mungkin termasuk pacaran). La emang iya kan, pasti aneh kan kalau kita dengar ada orang mau pacaran pas Malam Jumat Kliwon.
Tapi itulah yang kami lihat semalam di alun-alun selatan. Beberapa pasangan tampak menempati berbagai formasi kosong di lingkungan alun-alun. Dan MUNGKIN... orang yang melihat kami berdua juga berpikir bahwa kami adalah bagian dari suasana itu. Hehehe... whatever dengan pikiran orang

Di seberang agak jauhan ada sepasang muda-mudi sedang duduk berpelukan di atas sepeda motornya, mereka diam... entah apa yang terjadi di situ. Sekitar 5 meter dari lokasi mereka, ada lagi sepasang yang duduk di trotoar dengan si wanita menyandarkan kepala di bahu kanan si pria. Lalu di tengah rerumputan ada juga yang sedang duduk dan bercakap-cakap, kadang kala terlihat mereka saling pukul dan cubit lalu tertawa.
Nah... yang di sebelah kiri agak depan dari tempat kami berhenti ada juga sepasang yang tadinya duduk berdua di sepeda motornya lalu tiba-tiba si wanita turun dan berjalan menjauh. Si pria membetulkan letak sepeda motornya lalu berjalan mendekat di wanita. Dari tempatku kelihatannya mereka terlibat pembicaraan serius, tapi tak berapa lama kemudian si pria memeluk si wanita dan mereka berjalan kembali ke arah sepeda motornya. Lalu mereka berdua duduk kembali dan sudah kembali berpelukan.
Sesekali kami tertawa dan memberikan komentar-komentar lucu yang orang-orang itu lakukan. Posisi kami berhenti cukup strategis untuk melihat semua penjuru alun-alun dan juga remang-remang jadi tidak menjadi pusat perhatian pengendara yang lalu-lalang di depan kami.

Kupejamkan mataku...
Seperti menyaksikan kisahku sendiri di masa lalu. Semua itu... yang dilakukan orang-orang itu... pernah kualami, pernah kulalui, dan belum hilang dari ingatanku. Kenangan yang akan menjadi memori indah atau bisa juga tinggal cerita usang saja. Entahlah...>
Tiba-tiba ada yang memegang dan menggenggam tanganku dan berkata, "Tanganmu dingin banget."
Tersentak dan kubuka mataku. Kupandangi wajah itu... dan kusadari. Pria yang duduk di sebelahku saat ini bukan dia.
Ugghh... bisa-bisanya aku berhayal sedang bersamanya.
Entah dia tau atau tidak, tapi kucoba tersenyum dan kujawab saja, "Memang tanganku gampang dingin kok."

Semalam, dia sudah bisa membuatku tersenyum. Senyum yang akhir-akhir ini sulit kukeluarkan. Yaah... paling ndak aku bisa menyingkirkan kekecewaan beberapa waktu yang lalu.
Sudah ditolak... bukan hanya sekali, sudah berkali-kali ku ditolak meskipun hanya ingin sedikit saja waktu Memang benar banyak perasaan orang yang harus dijaga, tapi siapa yang menjaga perasaanku. Gur pasrah ro Gusti Allah Karena DIA yang memberiku hati dan perasaan ini dan hanya DIA juga yang berhak mengambilnya kembali