Tuesday, December 20, 2005

CintA

Eh Non, td kamu dengerin EMC ga? Ku kirim lagu utkmu lo. With Love :)

SmS itu saya terima tadi malam hampir jam 11 malam. Dari salah satu teman senior Teater KBTK. Saya tersenyum membaca dua kata terakhirnya, With Love. Love... kalau saya tidak salah, terjemahannya Cinta bukan.

Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke Showroom Kanisius di Deresan. Di salah satu sudut rak2 buku, saya tertarik dengan sebuah buku bercover biru, bergambar semacam lingkaran kosmik bertuliskan Let a MysterY be a MysterY. Dan saya menjadi semakin tertarik lagi karena di sampul belakang terpampang foto dan indentitas penulisnya, yang tidak lain adalah salah satu teman saya juga : LaurenHS.

Kedua cerita itu hanya prolog saja. Intinya, akhirnya saya putuskan untuk membeli buku tersebut, dan tulisan ini terinspirasi dari kedua kejadian tersebut.

Pada bab 10, saya baca judulnya Cinta oh Cinta. Aha... cukup menggelitik diantara judul2 yang lain. CINTA, topik yang tidak pernah habis dibicarakan orang. Selalu menjadi sajian hangat dari waktu ke waktu. Yah, paling tidak sejauh pengamatan pribadi saya sendiri sih. Entahlah bagi Anda, bisa saja menjadi topik yang menjemukan, terutama bagi yang pernah memiliki pengalaman pahit seputar topik tersebut.

Tapi, saya kok tetap punya keyakinan, meskipun seseorang memiliki pengalaman terburuk sekalipun tentang topik yang satu ini, tetap saja topik itu menarik. Yup, kembali lagi, apapun jenis pengalaman maupun pengamatan orang dengan topik CINTA, tidak jadi soal buat saya.

Menurut Mas LaurenHS ini, tentu saja saya peroleh dari buku yang ditulisnya (maaf lho kalau saya plagiat). CINTA terdiri dari 3 tingkatan. Tingkat pertama adalah EROS.

EROS merupakan cinta tingkat terendah karena cinta ini lebih didasarkan alasan jasmaniah, ketertarikan antar lawan jenis (mungkin untuk beberapa orang ada yang mengalami EROS dengan sesama jenis, jangan diartikan saya mendukung loh ya). Bahkan hubungan suami – istri pun masih termasuk dalam kategori cinta ini. Cinta ini belum bisa dikategorikan sebagai cinta sejati. Meskipun nantinya bisa menjadi awal tumbuhnya cinta pada tingkat yang lebih tinggi. Cinta ini bersifat manusiawi.

Tingkat yang lebih tinggi adalah FILIA. Cinta ini setingkat lebih tinggi dari EROS karena tidak lagi didasarkan ketertarikan jasmaniah saja, tapi sudah ke arah jiwa/ rohani. Salah satu contoh cinta jenis ini adalah cinta yang tumbuh antara orang tua dengan anaknya, kakak dengan adiknya, dan begitu juga sebaliknya.

Tingkat ketiga dan sekaligus jenis tertinggi adalah AGAPE. Jenis ini adalah tingkat tertinggi karena bukan unsur manusiawi dan rohani yang melandasinya, melainkan sudah masuk dalam unsur ilahi.

AGAPE adalah CINTA SEJATI.
Sungguh-sungguh memberi tanpa mengharap dikembalikan, tulus tanpa minta balasan, dan lepas bebas. Seperti bunga mawar yang memberikan keharumannya tanpa memilih orang baik atau orang jahat yang akan menghirupnya. Seperti rimbunnya dedaunan pohon beringin yang tidak memilih si kaya ataupun si miskin yang ingin berteduh di bawah naungannya. Seperti matahari yang tidak peduli si tampan atau si buruk rupa yang disinarinya. Seperti kasih Allah pada segala ciptaanNya.

Saya mencoba bercermin dari falsafah A. De Mello, mistikus & rohaniawan dari India, sekaligus seorang Jesuit. Ada 4 ciri khas cinta sejati.

Cinta itu Tidak Membedakan. Tidak mengenal pembagian kasta. Tidak kenal juga pemisahan bibit-bobot-bebet. Seperti bunga mawar, pohon beringin, matahari, dan tentu saja Allah. Hal ini juga yang akhirnya, membuat saya bisa memahami akan dorongan : Hendaklah kamu menjadi sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.

Ciri kedua, Cinta itu Tanpa Pamrih. Bagaimana pendapat Anda jika mengetahui seseorang menikah karena mengharapkan kemapanan yang dapat diberikan pasangan yang dipilihnya. Apakah itu cinta??!! Saya tidak perlu menjawabnya : ) tapi apakah kita bisa merasa lebih baik dari orang itu, jika memilih teman yang menguntungkan kita saja? Menjauhi yang tidak memberikan keuntungan bagi kita. Sekali lagi, saya tidak mau menjawabnya. Bukankah seharusnya kita malu terhadap mawar dan pohon beringin, mereka bisa menunjukkan cinta sejati. Sedangkan kita, manusia, yang konon katanya makhluk mulia, punya anugerah besar berupa akal dan perasaan, tetapi... ah, sungguh saya sendiri merasa malu. Bisakah mewujudkan Cinta yang Tanpa Pamrih itu.

Ciri ketiga, Cinta Penuh dengan Ketidaksadaran Diri. Cinta begitu merasa bahagia dengan Mencintai tanpa peduli dengan dirinya sendiri. Di saat seorang pahlawan sadar bahwa dia adalah pahlawan, maka dia tidak lagi menjadi pahlawan. Pahlawan yang sejati tidak pernah sadar bahwa yang dia lakukan menunjukkan sifat kepahlawanan. Bunga mawar tetap memberikan keharumannya tanpa sadar dan peduli adakah yang akan menghirupnya atau tidak, bermanfaat atau tidak, dia tetap memancarkan keharumannya. Apa yang diperbuat oleh tangan kanan, jangan sampai diketahui oleh tangan kiri.

Ciri keempat, Cinta itu Bebas. Disaat tuntutan, paksaan, ketakutan, dan kendali muncul, maka cinta akan terkikis. Cinta tidak akan bisa dituntut, dipaksa, ataupun dikendalikan. Jadi maaf saja kalau saya tidak dapat percaya, jika ada yang mengatakan "Aku mencintai dia karena keluargaku, aku hanya ingin membahagiakan mereka." Oh maaf, itu bukan cinta Mas, Mbak.
Pohon beringin tidak akan menarik kita untuk berteduh di bawah naungan rimbun dedaunannya. Bunga mawar juga tidak akan memaksa kita untuk menghirup keharumannya.

Saat kita tidak bisa lepas bebas, dan ketika kendali pihak lain menguasai kita, hanya karena kita takut kehilangan atau tidak diakui, maka kita merusak kemampuan kodrati kita untuk mencinta. Di saat kendali dan paksaan itu hilang, maka kebebasan yang muncul. Kebebasan... bebas... dan lepas... CINTA akan dapat ditemukan.

Mari kita merenung, sudah sejauh manakah tahap CINTA kita. Jangan dipikir saya sudah sempurna mencapainya, saya pun juga sedang mengusahakannya. Dan semua yang saya tuliskan ini sebatas gagasan saja, tidak menjamin itu sebuah kebenaran atau kesalahan. Karena hanya ada SATU KEBENARAN, dan sebagian besar dari kita mengetahui SATU KEBENARAN itu (bahkan untuk penganut Atheis pun juga tau, hanya saja mereka tidak mengakuinya). Tetapi jika gagasan tersebut dapat membantu untuk menjadi lebih baik, tidak ada salahnya untuk digunakan bukan.

Kau mainkan untukku, sebuah lagu tentang negri di awan. Di mana kedamaian menjadi istananya, dan kini telah kau bawa aku menuju ke sana.

No comments: