Saturday, October 20, 2007

Take a Walk (part 2)

Finnaly, i came to Siak Sri Inderapura
Welcome Wiek (kutenangkan diri dengan memberi sambutan pada diriku sendiri). Di pelabuhan, aku disambut dengan turunnya gerimis rintik-rintik.
Aku pun melangkahkan kakiku ke luar pelabuhan dan memasuki kota Siak.
sambil memikirkan tujuan berikutnya, kuhirup udara perlahan-lahan, sambil menyapa Siak. Hello, here i am!!!

Tiba-tiba ponselku bergetar
I Be eL epon dan menanyakan keberadaanku. Kemudian kami pun terlibat suatu pembicaraan yang cukup serius. tak lama sih, singkat aja kok pembicaraannya.
Dan setelah percakapan singkat di telepon akhirnya tercapai suatu kesepakatan, aku harus naik ojek dengan tujuan kedai kopi ABC.
Lalu kucari orang di luar pelabuhan, yang gayanya seperti tukang ojek hihi...
Dan ketemulah dengan abang ojek berompi kuning, kayaknya sih seragam ojek. lalu tukang ojek itu mengantarkakku ke tempat tujuan.
Sesampainya di simpang dekat kedai kopi, I Be eL dengan kaos bertulisan Sepeda Onthel dan topi merah sudah menungguku sambil cengar-cengir
Tak perlu kuceritakan isi semua pembicaraan selanjutnya, intinya pembicaraan kami mengenai kuncinya yang hilang. Plus beberapa ungkapan kesebelanku karena malam harinya harus terkurung di satu kamar.
Aneh juga sih, dia yang kehilangan kunci, tapi kok aku yang sebel yah
"Sori Nas, nggak ada Honda," ujarnya sambil memelas. Dasar orang aneh, padahal sepeda motornya tuh Suzuki loh. Disebut-sebut pulak, Honda.
Anyway, tak ada yang bisa kulakukan lagi selain menerima nasib. Jadi, meskipun feel so blue kuterima saja lah harus menghabiskan malam di Siak tanpa acara jalan-jalan.

Tapi,
Nih dia tapinya. Pada pagi harinya aku tidak mau mengalami seperti malam hari. Ketiadaan sarana transportasi tak menyurutkan niatku untuk tampil narsis. Ups, maksudnya berlibur
Kami pun mengawali hari dengan minum kopi susu di kedai kopi.
Ahaaa...ini rupanya kebanggaan warga Siak. Segelas kopi di kedai kopi, ditemani kue-kue seperti cak we. Hum, nikmat juga ternyata.
Setelah menghabiskan minuman, kami melanjutkan perjalanan (jalan kaki boooooo.....) menuju pelabuhan.

Hwih, agak BT juga sih! Sore tiba, paginya dah langsung balik. Kayak absen doank.

Tapi kami melalui makam sultan dan masuk ke gedung (wah, lupa akuw) sambil berfoto-foto.
Biar deh, nggak bisa sampai Jembatan Siak, yang penting bisa narsis²an di background yang lain.

Dan ternyata, asyik juga jalan-jalan pagi di Siak. Bisa melihat kota dengan lebih dalam. Melihat keindahan dan kekayaan Budaya Melayu yang selama ini hanya kukenal melalui buku sejarah di sekolahan.

Satu lagi kekayaan di nusantara yang "sayang" jika harus tertelan kemajuan jaman. Semoga, kekayaan itu bisa tetap abadi dan tetap mengisi kisah-kisah sejarah di setiap buku pelajaran, dan memperkaya dan mengiringi kebesaran bangsa

Wah..wah..wah...
Wake up!!!
Back to real life

Pukul 11.00 WIB kami sudah harus tiba di pelabuhan.
Menggunakan kapal Paris Express (woloh, keren namanya) kami pun kembali ke Pku.
Eh ralat, aku sendiri yang ke PKU
I Be eL harus meneruskan perjalanannya ke Perawang.
Selamat berjuang kawan, thx for everything

Take a Walk (part 1)

Jumat (19/10) siang, tepat pukul 12.oo WIB aku bisa menyelesaikan bahan tulisan untuk rubrik pretty. Minggu ini aku mengangkat tulisan mengenai perawatan wajah yang tepat, terutama untuk wanita Asia-Indonesia.

Usai nyelesein ketikan dan mengirim ke folder redaksi, aku pun menutup komputerku dan beranjak keluar kantor.

Dalam perjalanan keluar kantor, sempat kepikiran,"Mo kemana yah?"
Lalu..... terlintas pikiran untuk kembali lagi melakukan perjalanan menggunakan kapal feri dengan tujuan Pekanbaru-Siak.

Fiuuh...nekad neh.
Langsung aja kuhubungi teman di Siak dan minta kesiapannya untuk menampungku. Dan...ia pun bersedia.
Setelah menghubungi Vnas (potograper coy)untuk memastikan foto master untuk hal 21, aku pun melanjutkan perjalanan menuju Sei Duku.
Tiba di pelabuhan pukul 14.30 WIB, langsung beli tiket. Tak lama kemudian kapal feri pun melaju menyusuri Sungai Siak.

Perjalanan sore itu terasa indah Selama menyusuri sungai besar di Riau itu, bisa terlihat aktivitas beberapa nelayan. Ada seorang nelayan sedang mengayuh dayung pada perahu kecilnya. Tak jauh darinya, ada pula dua orang pria, umurnya sekitar 30 tahunan sedang bersama-sama menarik jaring penangkap ikan.
Sayang, aku cuma ada kamera ponsel, jadinya nggak bisa buat ambil gambar dari jauh.
Perjalanan terus berlalu, hingga tiba di sebuah pelabuhan kecil. Hum, aku tidak tau pelabuhan apa karena dilihat sekilas tuh nggak cocok disebut pelabuhan. Hanya seperti pemberhentian darurat.

Di situ kulihat sebuah kapal, kira-kira seukuran kapal feri yang kunaiki. Bedanya, itu seperti kapal nelayan pencari ikan.
Di sekeliling kapal itu ada beberapa kapal kecil bersisi beberapa orang pria di atasnya. Mereka sibuk dengan semacam tali, sambil pendangannya tertuju ke arah air.
Seolah-olah ingin mengobati rasa penasaranku, dan beberapa penumpang yang lain, seorang pria yang duduk di belakangku berkata, "Mereka tuh cari besi."

Ha??!! Besi apa??!
Ouugh, ternyata beberapa waktu yang lalu ada kapal jatuh. Menurut si pria, kapan itu menjatuhkan beberapa baranganya di sungai. Jadi kapan-kapal kecil itu tak ubahnya seperti tim evakuasi..gityuu...

Lalu perjalanan terus berlalu. Masih kunikmati pemandangan tepian Sungai Siak yang beberapa mengalami abrasi, dan beberapa masih terlihat seperti hutan. Hwih...berkhayal neh, kayak di Sungai Amazon hihi...

Ditambah lagi dengan sapuan angin sore yang menerpa wajah dan rambutku. Hum, segaaar. Inilah yang namanya liburan, menikmati anugerah Yang Kuasa atas alam sekitar (meskipun kondisi alam di Riau sebenarnya memprihatinkan sih).

Tapi sore itu kunikmati semuanya, hingga kuterima epon dari ibl.
Huh, beritanya membuat mood liburanku menurun.
Dia bilang kalau kunci sepeda motornya hilang.
Hueee....ilang??!!
Trus, gimana liburanku?!
I Be eL duduuullzzz... kebayang deh,aku harus jalan kaki.
Aku harus menenangkan diri dulu, dan merubah planning utk menjelajah Siak.

..::Be Right Back::..

Thursday, October 04, 2007

Lino Puasa


Lagi-lagi alunan lagu Dear Diary terdengar dari ponselku.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, lalu kulihat panah bergoyar di layar ponselku. Kulihat satu nama yang paling sering menelponku...BabE

Yah, diantara sekian banyakknya list di phonebook, Nama itulah yang paling sering menelponku, seperti yang terjadi pada malam ini.
Hum, padahal baru dua hari yang lalu ia juga menghubungiku loh.
"Halo!" terdengar suara agak berat yang takkan pernah kulupakan.
"Pie kabare Wiek? Ra ono opo-opo to?" lanjutnya. Yah, sapaan itu pun juga otomatis telah terekam di pikiranku.
Kujawab kabarku baik-baik saja dan nggak ada apa-apa. Kemudian kutanyakan balik keadaan di seberang sana (di tempat si penelpon, tentunya).
Dijawabnya semua baik-baik saja, kecuali Lino.
"Hum...apa yang terjadi?" tanyaku
"Lino nggak mau makan lagi. Dia puasa lagi. Dari tadi pagi dia nggak mau makan," jawab suara di seberang telepon.
Ah, ternyata itu yang membuatnya, lagi-lagi menghubungiku. Hihi...indikator yang aneh (pikirku). Masa sih keadaanku di sini didasarkan pada binatang berbulu yang pernah kupungut dari tangan anak-anak di kampungku dulu. (Eh ngga dink, aku nggak dari kampung kok hihi...)
Dan setiap terjadi sesuatu pada kucing itu, orang tuaku selalu saja menghubungkannya padaku. Mereka beranggapan binatang itu sudah sehati denganku. Jadi kalau ada sesuatu pada Lino dianggapnya ada sesuatu juga yang menimpaku.

Lalu kuceritakan hal itu pada satu orang teman serumahku. Dan ajaibnya, temenku ini malah mendukung anggapan orang tuaku. Aiih...ada-ada saja mereka itu
Tapi apapun anggapan mereka, bagiku tetap saja, aku nggak peduli dengan pendapat itu. Aku tetap yakin kalau Lino nggak bisa jadi indikator keadaanku di sini.

Sedikit flash back ke masa lalu....
Btw on the way busway,meski nggak mau mengakuinya, aku harus jujur mengatakan bahwa Lino memang sering puasa ketika aku sedang dalam situasi yang berat. Fiuh...ngangkat kantong beras kaleee...
Puasa??? Aneh ya?!
Aku dulunya juga merasa aneh. Moso sih kucing puasa?!
Puasa pada kucing.
Istilah itu kudapatkan dari mbah yang tinggal di dekat rumah (Jogja). Dia ini penggemar berat binatang kucing. Jadi bisa dikatakan ia ini hafal dengan tabiat binatang manja itu.
Nah, pas Lino tidak mau makan selama beberapa hari dan cuma duduk di depan pintu rumah, Mbah Hadi itu bilang kalau kucing itu sedang puasa. Tunggu aja, kalau puasanya dah selesai, Lino bakal makan seperti biasa lagi, itu penjelasannya.
Dari pendapat nenek itulah, setiap Lino nggak mau makan, kami menyebutnya sedang puasa.
Dan "kebetulan" waktu Lino puasa tuh, barengan dengan suasana hatiku yang lagi suram..woloh... kayak di gua ajah.

Lalu...hum...gimana dengan sekarang??!!
Suasana hatiku memang sedang gundah-gulana Dan...lagi-lagi "kebetulan" bersamaan dengan Lino yang lagi puasa.
Ah...jangan ikutan mikir yang enggak-enggk lah
Lupakanlah!!! Lino bukan indikator keadaanku di sini kok.

Saat di penghujung percakapan kami, aku pun hanya bisa menjawab lirih pada ibuku, "Nggak ada apa-apa kok. Semua baik-baik saja."