Tuesday, June 20, 2006

Kisah Laut Mati

Saya sudah kembali lagi normal uhukkss... seolah-olah sebelumnya, saya ini abnormal aja ya. Tapi yang pasti, sekarang saya sedang ingin berkata-kata lagi.
Ada sebuah cerita nih, based on true story! Tentang dua buah danau di tanah Palestina.
Namanya Laut Mati, siapa sih yang belum pernah tau?! Sebutan itu memang pantas untuk sebuah danau di tanah Palestina yang memiliki kandungan garam tinggi sehingga tidak ada satu mahluk pun yang bisa hidup di situ. Bahkan tanaman pun tidak bisa tumbuh di sekitarnya.
Kondisi yang sangat berbeda dengan Laut (danau) Galilea, yang dapat memberikan kehidupan di sekitarnya. Ikan-ikan bisa hidup dan danau itu sering digunakan sebagai tempat berenang. Sangat kontras bukan!

Tapi ada kesamaan dari kedua tempat itu. Keduanya sama-sama memperoleh air dari sungai Yordan. Air dari sungai Yordan mengalir masuk ke Laut Galilea, lalu diteruskan untuk mengaliri sawah/ladang di sekitarnya dan juga diteruskan ke hulu sungai. Air dari hulu sungai Yordan itu lalu masuk ke Laut Mati, tapi sampai di situ hanya diam, tidak diberikan ke lainnya. Perbedaan ke dua, Laut Galilea menerima dan memberikan. Sedangkan Laut Mati menerima saja. Dan hasilnya, jelas!
Laut Mati!
Ndak perlu peduli siapa yang ngomong, yang penting adalah apa yang diomongkan. Nasehat itu seringkali saya dengar dari orang-orang, jika muncul perasaan sebel sama orang yang terlalu banyak omong atau obral janji, yah, intinya terlalu bermulut manis deh.

Pada awalnya saya sependapat. Peduli amat dengan siapa saya bicara, yang penting saya ambil yang bagus-bagus dari yang diomonginnya.
Tapi sekarang saya berani menolak. Semua orang bisa ngomong soal cinta, tapi tidak semua orang tau apa itu cinta. Semua orang bisa ngomongin kebaikan, tapi tidak semua orang tau dan bisa melakukan kebaikan. Jadi sesuatu yang diomongin seseorang itu, berisi atau tidak berisi, tergantung dari siapa yang ngomong. Dan tentu saja menggeser pola pikir Positive Thinking (menyingkirkan prasangka buruk). Apa positive thinking itu salah??
Oh, bukan begitu!!!

Hanya saja, ada hal yang lebih penting dari pada ber-positive thinking. Yaitu : KESADARAN. Yah!
Kesadaran dapat membawa kita untuk menghadapi realitas. Sikap mampu menghadapi realitas lebih dapat diandalkan dari pada positive thinking. Karena positive thinking hanya menjadi efektif jika kita memiliki relasi personal dengan pribadi yang bersangkutan. Jika tidak punya relasi??? Yah, jangan marah jika sepeda motor bisa tiba-tiba menguap (alias hilang) saat diparkir, tanpa dikunci, karena kita berpikir di tempat itu aman. Dan kata aman itu kita peroleh dari tukang becak yang kita temui di sekitar situ (perhatian : bukan tukang becaknya yang salah, tapi sikap positive thinking kita lah yang menyesatkan, atau bahkan konyol).

Saya bisa belajar satu hal, jadi bukan apa yang diomongkan seseorang, melainkan... siapa yang ngomong. Itu lebih penting!

Siapa yang ngomong!!! Personal!!
Seperti rayuan teman pria saya terhadap pacarnya. Katanya, “Bukan karena kamu cantik, aku lalu mencintaimu. Tapi karena aku mencintaimu, maka kamu terlihat cantik.”
Indah bukan?!

Ada seseorang yang telah menyampaikan kepada saya tentang hal-hal yang menarik. Kasih, Taat, dan Kerendahan Hati. Dan sebenarnya, yang membuat saya tertarik adalah sosok yang mengatakannya itu. Karena DIA yang mengatakannya, maka saya tertarik dengan apa yang dikatakannya. Bukan hanya itu saja, tetapi DIA telah mengatakan bahwa saya mendapatkan perhatian yang special, dan banyak hal lainnya. Saya telah mendapatkan banyak hal, bahkan lebih banyak dari yang saya butuhkan. Dan saya tidak mau menjadi mati, seperti Laut Mati, dengan selalu mendapatkan terus menerus. Saya juga tidak mau berbangga diri dengan memberi terus, karena jelas, saya tidak mungkin dapat memberikan apa pun seandainya saya tidak diberi sesuatu terlebih dahulu.
Jadi kalau saya memaafkan seseorang, jelas! Bukan karena orang itu meminta maaf kepada saya. Apalagi jika relasi personal saya dengan orang itu kurang baik. Saya akan memaafkan orang itu, sungguh dengan tulus hati, karena saya sudah dimaafkan terlebih dahulu. Senada dengan kita dapat berbagi rejeki dengan orang lain, karena sebelumnya kita telah mendapatkan rejeki terlebih dahulu. Seperti Danau Galilea yang dapat membagikan air di sawah, ladang, dan kehidupan di sekitarnya karena telah mendapatkan air dari sungai Yordan.

Pada kesempatan kali ini, saya sekalian ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang jauh-jauh datang dari Semarang. Terima kasih atas kunjungannya, maaf jika ndak bisa menjadi tuan rumah yang baik, karena saya memang nggak mungkin bisa menjadi tuan, saya kan perempuan hehehe. Ncis, Heri, dan Conk jangan kapok untuk datang berkunjung lagi ya.