Wednesday, January 19, 2005

KRISTENISASI DI ACEH??!!

Serasa kesrempet petir mendengar berita itu. Berita bencana alam berubah menjadi issue SARA yang jelas akan menambah kekeruhan kerukunan umat beragama di negeri tercinta ini lagi. Apa benar berita itu? Karena penasaran dengan berita yang hanya sempat aku dengar sekilas di televisi, aku coba browsing dan cari� info yang lain.
Dan ternyata adanya issue yang sudah menyebar itu memang benar.
Yang tidak benar adalah... kebenaran dari isu tersebut.
Bencana alam di Aceh dan sebagian SumUt kok bukan jadi pelajaran, tapi malah menjadi sumber isu yang memperkeruh keadaan. Satu per satu isu bermunculan dari keterlambatan sikap dan tindakan pemerintah, kekhawatiran atas kehadiran tentara asing dengan visi kemanusiaan'nya, jual-beli anak� korban tsunami, keterlambatan tim medis dan yang sedang hangat�nya sekarang ini kristenisasi yg dilakukan sukarelawan di Aceh.
Kalau benar� ada isu yg terkahir itu... aku beneran heran. Siapa sih yang gak kenal Aceh! Wilayah dengan warga muslim yang terkenal taat. Kalau benar dilakukan kritenisasi saat ini, yang melakukan itu beneran gak bisa menggunakan pikirannya dengan benar. Seperti maling di siang bolong saat yg punya rumah belum pergi.... Jelas aja bakal ketauan. Nah... ada yg gak beres kan....
Yang melakukan kristeninasi itu emang gak punya otak, atau isu'nya yg gak bener.

Artikel :
Isu Kristenisasi Jangan Jadi Petaka di Aceh

Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi meminta upaya-upaya Kristenisasi dan Islamisasi tidak menjadi malapetaka baru di Aceh. Anak-anak yang ke luar dari Aceh harus didata dan terjamin keamanannya. Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (18/01).
Mengenai masalah Worldhelp, kata Hasyim, dirinya telah ditelepon Ketua Umum PGI Andreas Yewanggoe yang mengatakan tidak benar ada upaya Kristenisasi anak-anak Aceh pada Jumat (14/01) lalu. �Lembaga Kristen seperti PGI dan KWI telah melarang upaya Kristenisasi di Aceh sehingga, kalau terjadi, besar kemungkinan itu dilakukan pihak luar negeri atau asing dan itu tidak merupakan struktur keagamaan tetapi kepentingan,� ungkap Hasyim.
�Jadi di sini harus didudukkan perkara yang sebenarnya supaya Kristenisasi atau Islamisasi tidak menjadi malapetaka baru.
Padahal, penanggula-ngan Aceh belum selesai,� imbuhnya. Untuk itu, menurut dia, PBNU mengusulkan harus ada jaminan bagi anak-anak yang ke luar dari Aceh. Aman dari hal-hal yang dikhawatirkan, aman dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab atau aman dari orang yang secara kultural mungkin berbenturan dengan kultur di Aceh sehingga seluruhnya yang ke luar harus terdata dengan baik.

�Ini pun kalau daya tampung pendidikan di Aceh tidak memenuhi lagi tetapi yang terpenting adalah revitalisasi kemampuan di Aceh sendiri,� demi-kian Hasyim.
Sementara itu, Menko Kesra Alwi Shihab, menegaskan rumor mengenai 300 anak Aceh yang dibawa keluar Aceh oleh kelompok misionaris WorldHelp yang berbasis di Virginia AS adalah bohong. Media diminta tidak lagi memberitakannya.
�Itu sudah bohong itu. Itu bohong. Jangan dimuat lagi itu,� tukasnya saat dikonfirmasi wartawan di Kantor Menko Kesra, Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat, Selasa (18/01).
�Mereka kan baru akan planning, dan pemerintah menyatakan tidak memperbolehkan anak-anak dari Aceh ke luar dari Aceh,� lanjut Alwi.
Berita The Washington Post, menyebutkan 300 anak Aceh itu sudah dibawa keluar Aceh? desak wartawan. �Itu kan berita sudah lewat. Itu tanggal 13 Januari, dan itu tidak jadi,� ujarnya.

Saat akan dicecar pertanyaan berikutnya mengenai rumor tersebut, Alwi tampak enggan dan menghindar. Dia bergegas pergi meninggalkan wartawan menuju ruang kantornya. The Washington Post pada 13 Januari 2005 memberitakan pernyataan Pimpinan WorldHelp Vernon Brewer bahwa 300 anak Aceh dibawa ke Panti Asuhan Kristen di Jakarta. WorldHelp mengklaim sudah mendapat izin dari Pemerintah Indonesia.
Namun kemudian Brewer menyatakan membatalkan upayanya itu setelah mendapat penolakan dari Pemerintah Indonesia. Di mana anak Aceh dilarang keluar Aceh. Kalaupun mau diadopsi hanya boleh diadopsi oleh keluarga Muslim sesuai dengan agama anak Aceh.
Sekjen MUI, Din Syamsuddin sempat meminta agar 300 anak Aceh itu dikembalikan dengan memohon bantuan PGI dan KWI. Namun PGI dan KWI menegaskan tidak kenal WorldHelp dan menolak Kristenisasi anak Aceh.
PGI dan KWI mengimbau masyarakat menggunakan akal sehat dalam merespons isu dan tidak mudah terpancing berita yang tidak mendasar. Polisi pun menegaskan, tidak ada indikasi pengiriman 300 anak Aceh ke luar Aceh. Polisi akan menelusuri mengapa isu itu sampai ada.(dtc/zal)
(http://www.hariankomentar.com/hl001.html)

Yah... hanya kepastian yang bisa menjawab. Semoga pihak yang berwenang segera menuntaskan dan semoga tidak menjalar dan mengaburkan tujuan yang lebih mulia.