Monday, January 03, 2005

Hanya 2 hari aku berada di pelatihan. Malahan sebenarnya gak benar� 2 hari karena hari sabtu aku bolos dari jam 18.00 (2 sessy malam) dan baru masuk lagi minggu pagi jam 7 (itupun juga bolos 2 sessy pagi lagi.. Soalnya bosen banget sih... kesan awalnnya. Apalagi aku ini buta politik, diajak ngomong soal politik... ugghhh... gak tertarik sama sekali. Politik itu kotor, penuh intrik dan sering kali menggunakan rakyat sebagai tamengnya. Rakyat tak bersalah dijadikan pasukan garis depan untuk mencapai yang diinginkan. Pokoknya dalam kamusku sebelumnya... politik identik dengan kekotoran tingkah laku sekelompok orang demi tercapai keinginannya.
Hari pertama itu juga kesan dariku. Saat memperkenalkan diri dan memberikan opini mengenai partai politik... itu juga yang aku kemukakan. Partai politik ya semacam wadah'nya orang� kotor itu tadi. Hehehehe... naif. Tapi kurasa banyak juga orang awam yang gak beda dengan pemikiranku (Cieehh.. cari temen aja yah :� )

Tapi sejak memasuki hari kedua, kebosanan dan kejenuhanku mulai hilang. Oh iya... pada hari minggunya itu, saat bolos sessy pelatihan. Aku di kamar ersama dengan 2 orang rekan wanita lainnya (ehm... tidak perlu disebut namanya), mereka para aktivis organisasi. Yang satu aktivis organisasi yang sifatnya militan sedangkan satu lagi aktivis organisasi parpol di tingkat pusat (Jakarta) dan memegang posisi struktural. Di situ kami berdiskusi dan sharing sendiri di luar topik pelatihan, yaitu mengenai sebuah "kelompok minoritas" yang sampai saat ini mendapat pandangan miring oleh masyarakat kita. Yah... jujur kuakui bahwa sebelumnya aku juga termasuk orang yang memandang miring tentang "kelompok" tersebut. Kelompok tersebut adalah kelompok homoseksual, lesbian, biseksual dan juga transeksual.
Saat itu aku tidak menyangka saat mendengan informasi dari mereka bahwa kelompok itu sebenarnya seperti jamur di masyarakat kita. Tidak disadar bahwa keberadaan mereka itu sudah "terlalu" banyak.

Yah... banyak hal kami bicarakan saat itu. Tentang positif dan negatif'nya... dll
Sungguh informasi itu membuatku tercengang, seperti saat membaca sebuah kisah dalam buku Jakarta Under Cover. Dunia itu benar� ada.
Siapa yang harus disalahkan atas kondisi seperti itu?!
Pantaskah Tuhan disalahkan karena kondisi "Orang�" itu?! Aku sadar betul, kalau aku menyalahkan Tuhan, para agamawan/wati pastinya akan menghujatku karena aku menyalahkan Tuhan. Lalu salah siapa itu?!
Salah siapa jika tubuh wanita itu merasa dirinya seolah� pria dan begitu pula sebalikknya?!
Orang tua?! Tidak juga.... jawabannya. Orang tua mereka memberikan rok, boneka dan mainan wanita lainnya kepada "gadis kecil-nya" dan memberikan pistol dan mobil�lan pada "jagoan kecil-nya"
Tapi alam membawa mereka seperti mereka sekarang.
Mataku terbuka... pikiranku terbuka... hatiku terbuka...
Siapakah yang harus disalahkan atas semua (yang kita org awam menyebutnya sebagai kelainan) itu.
Lalu apa yang harus dilakukan utk "orang�" seperti itu?! (yang akhirnya mereka berada dalam kesulitan dimana tubuh menolak jiwa yang diperkuat dengan tolakan keluarga dan masyarakat). Haruskah diterapkan... "Mereka adalah penjahat dan HARUS DIPENJARA"
Semudah itukah solusinya?!
Apakah penjara dapat mengatasi semua itu?!
Pertanyaan� yang banyak sekali muncul di kepalaku namun belum bisa kutemukan jawabannya hingga saat ini.