Thursday, November 04, 2004

Pelatihan Hari Kedua

Pelatihan hari kedua... rada trauma dengan molornya acara di hari pertama, aku datang agak telat. Hehehe... buka agak sih... tapi memang telat banget. Acara dimulai jam 8 dan aku baru datang jam 9. Acaranya diisi oleh para pemberi materi latihan (hari pertama kemarin, materi diberikan oleh Dinas Kehutanan sebagai yang �punya gawe�). Pelatihnya dua orang bapak-bapak pelatih yang asik-asik.. jadi gak bosenin.
Pada hari kedua ini dipakai beberapa simulasi permainan. Menurut bapak�nya sih... selama pelatihan ini akan diisi dengan Simulasi-simulasi permainan dan gambar-gambar sebagai bagian dari Dinamika Proses (Hwiihhh... ilmunya mulai masuk euyy...uhukss�).
Gambar Katak Dalam Bejana Air. Ada 4 buah gambar katak dalam bejana air yang dipanaskan. Gambar I dipanaskan dengan 1 lilin, katak diam saja ditempat bahkan masih bisa tersenyum. Gambar II dengan 2 lilin, katak masih saja tetap diam ditempat. Gambar III dengan 3 lilin, katak sudah mulai kepanasan dan berubah warna kulitnya, tapi si katak tidak berusaha meloncat keluar dari bejana itu. Gambar IV dengan 4 lilin, si katak diam saja karena akhirnya mati kepanasan.
Gambar ini menggambar kondisi kita (dan masyarakat umumnya) dimana kurang sadarnya kita terhadap potensi/talenta yang kita punyai. Sehingga di saat kita terlena dalam suatu kondisi, kita hanya berdiam diri dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan tersebut. Bahkan meskipun kondisi tersebut sebenarnya merugikan atau mengancam keselamatan jiwa kita. Hal tersebut bisa diatasi dengan meningkatkan kesadaran akan potensi diri kita dan kesigapan dalam menghadapi sebuah kondisi.

Yang paling menarik lagi adalah menyadari bahwa adat-istiadat masyarakat (terutama di desa-desa) yang kurang menguntungkan, bahkan bersifat pemborosan. Seperti misalnya tipe Desa Suka Kawin... meskipun kondisi keuangan �mepet� tapi jika menuruti adapt jika �mantu� biasane �geden� (dibesarkan) maka dengan sumber daya yg terbatas, mereka memaksakan diri utk menyelenggarakan pesta tsb. Akibatnya... hutang, tanaman yg belum siap panen jadi ludes utk menanggung pesta, ternak ikut ludes, dll.
Selain itu ada juga Desa Suka Pesta� sedikit-sedikit syukuran dengan ngadain pesta. Buat pondasi rumah... syukuran, Pasang genting... syukuran, beli sepeda motor...syukuran. Bayangin deh keborosan yang ditanggung karena kebiasaan seperti itu. Bersyukur itu sangat penting, tapi tidak perlu dengan pemborosan.
Ada lagi Desa Bagi Warisan� ini bukan hanya di desa. Di perkotaan pun banyak terjadi. Tanah/lahan biasanya akan dibagikan kepada anak-anaknya. Oleh anak-anaknya kelak kemudian dibagikan lagi kepada turunannya. Akibatnya... lahan menjadi sempit dan tidak bisa lagi diukur nilai ekonomisnya. Seandainya bisa seperti petani Jepang. Pemerintah mengatur sebuah kebijakan untuk mempertahankan nilai ekonomis sebuah lahan. Caranya dengan memberikan undang-undang : seseorang tidak boleh memiliki lahan lebih dari � Ha. Dengan demikian maka org tua tidak akan memotong-motong tanahnya untuk dibagikan ke anak-anaknya (karena lahannya kecil), sehingga nilai ekonomis lahan bisa dipertahankan. Bagus juga yah aturannya. Di Indonesia apa bisa yah� Wong Lurah aja kalau terpilih jadi Lurah di desanya malah bisa dapat tanah berhektar-hektar. Lagian mana ada orang yang dengan sukarela merelakan lahannya yg berhektar-hektar untuk dipotong � - � kan.
Dan seperti sebelumnya, Desa Katak Dalam Bejana Air Panas. Meskipun kondisi lama-kelamaan merugikan tetapi selama masih bisa dijalani... ya dijalani saja.. sampai lama-lama mati (terpuruk).
Wah banyak sih materi di hari kedua ini, jadi kalau mau diceritakan semua... bisa-bisa malah jadi satu modul : ) Tapi ada lagi pengetahuan baru (bukan baru sih, tapi baru disadari lagi). Yaitu tentang hasil sebuah penelitian yang menyatakan bahwa orang-orang ber-RAS Mongoloid ternyata lebih konsekwen dan bertanggung jawab dari pada ber-RAS Melayu. Sebagai contohnya adalah masalah On Time alias tepat waktu. Cerita Pak Pemberi materi, sebuah pengalaman proyek tahun 80an kerjasama Arab dengan Indonesia dan Negara RAS Mongoloid (Jepang, Korea, Taiwan, dll). Entah bener atau tidak, Negara Arab tidak lagi menjalin kontrak dengan Indonesia karena pada saat itu kinerja orang Indonesia di sana sangat jauh di bawah orang-orang Mongoloid. Contohnya jam 6 pagi orang-orang Mongoloid sudah senam pagi, sedangkan orang Indonesia baru melek, belum mandi, sarapan, dll. Jadi rekannya sudah mendapat hasil jam 8 pagi, orang kita baru datang ke t4 kerja. Bukannya diskriminasi RAS lho karena aku sendiri termasuk orang ber-RAS Melayu jhe hehehe� yang artinya� tebak sendiri lah.:P~~

Huhuhu... Malu juga sih aku dengar cerita itu, karena aku juga sering banget gak tepat waktu.

Hmmm... nah ... siapa yang berani mengakui hasil penelitian tersebut ;)~

Pelatihan Hari Ketiga.

Aku ndak telat lho...
Hehehe... belajar dari orang-orang sukses yang selalu tepat waktu dan konsekwen dengan tugas dan kewajibannya.. Uhukkss�.. ceritane sih ngunu :P~~

Yang paling berkesan adalah Simulasi Menyusun Bujur Sangkar
Peserta dibagi dalam kelompok kecil anggota 7 orang. 5 orang bertugas sebagai anggota dengan tugas menyusun potongan-potongan kecil menjadi bentuk bujur sangkar, 1 orang menjadi ketua yang mengkoordinir sedangkan satu orang lagi menjadi pengawas yang mengawasi jalannya proses dan mengawasi jika terjadi pelanggaran. Ketua bertugas untuk melihat gambar bujur sangkar dan mengkoordinasikan kepada ke5 anggotanya bentuk bujursangkarnya dengan syarat tidak boleh bersuara.
Simulasi ini untuk menunjukkan pentingnya sebuah kerjasama dan komunikasi dalam keberhasilan sebuah tim atau kelompok.
Yang terkhir adalah Simulasi Kartu AB dengan konsep menanglah sebanyak�nya untuk kelompok pendamping. Huhuhu... pengen cerita sih, tapi kok badanku udah capek yah.

Next time aja deh... sekarang pengen istirahat dulu.