Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat 16:26)
Seharian ini waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk melihat orang-orang yang berlalu-lalng di hadapan saya. Satu pertanyaan yang terlintas, APAKAH MEREKA SEDANG BERBAHAGIA??
Ataukah ada diantara mereka yang benar-benar bahagia, bahagia yang sesungguhnya?
Lalu saya bertanya pada diri saya sendiri, APAKAH AKU BAHAGIA??
Saya bertemu teman lama, kami bicara panjang lebar, ngalor ngidul, ngetan ngulon, hingga kami menyentuh topik ini.
Apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup ini?!
Dan kami sepakat menjawab, KEBAHAGIAAN. Kami ingin mencapai kebahagiaan.
Tapi ada masalah, kebahagiaan itu gimana sih????!!!!!
Seharian ini waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk melihat orang-orang yang berlalu-lalng di hadapan saya. Satu pertanyaan yang terlintas, APAKAH MEREKA SEDANG BERBAHAGIA??
Ataukah ada diantara mereka yang benar-benar bahagia, bahagia yang sesungguhnya?
Lalu saya bertanya pada diri saya sendiri, APAKAH AKU BAHAGIA??
Saya bertemu teman lama, kami bicara panjang lebar, ngalor ngidul, ngetan ngulon, hingga kami menyentuh topik ini.
Apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup ini?!
Dan kami sepakat menjawab, KEBAHAGIAAN. Kami ingin mencapai kebahagiaan.
Tapi ada masalah, kebahagiaan itu gimana sih????!!!!!
Pernah gak sih ada yang berpikir seperti saya (dulu), kita akan bahagia bila apa yang kita inginkan dapat terpenuhi!
Pengen berhasil dalam study, punya pekerjaan yang mapan, gaji gede, pasangan hidup yang ideal (sayang, setia, baik hati, gemar menabung, bertanggung jawab - yah, pokoknya kayak ciri-ciri dasa darma pramuka lah), banyak temen, dll, dst, dsb. Jujur aja, saya pernah mikir gitu sih.
Trus pernah gak sih terpikir, kalau ternyata semua yang kita inginkan itu sebenarnya adalah penghambat kita dalam mencapai kebahagiaan. Segala keinginan yang dipikir adalah sumber bahagia itu pasti dengan daya upaya akan diusahakan untuk berada dalam genggaman.
Lalu apa?
Akan kita pegang dan upayakan sedemikian rupa supaya tidak lepas dari genggaman. Dan malah membuat tanpa sadar, kita gelisah, tegang, cemas, takut, bahkan bisa frustasi kalau keinginan yang sudah dalam genggaman itu lepas.
Menjadi takut gagal study, deg-deg'an kalau dikeluarkan dari tempat kerja, takut orang yang kita cintai lepas meninggalkan kita.
Tolol gak sih??!!
Bagaimana bahagia seperti itu. Bagaimana itu bisa disebut kebahagiaan jika yang muncul justru khawatir, gelisah, dan takut kehilangan (meskipun perasaan itu tidak kita sadari terbentuk dengan sendirinya). Seperti orang bermimpi indah dan takut terbangun karena jika terbangun, maka realitas yang harus dihadapi.
Yah, apa gunanya jika dunia dalam genggaman kita, namun kehilangan rasa bebas untuk menikmatinya. Seperti orang mati, tinggal tubuh yang menjalani fungsi biologisnya tanpa memiliki nyawa.